Sabtu, 31 Maret 2012

Selena Gomez - A Year Without Rain


siang newbie :)
mau ngepost lagu nih ..
ada tentang hujannya kann??
hehe :D

Oooooh
Can you feel me when I think about you?With every breath I takeEvery minute, no matter what I doMy world is an empty place
Like I've been wondering the desertFor a thousand daysDon't know if it's a mirageBut I always see your face, baby
I'm missing you so muchCan't help it, I'm in loveA day without you is like a year without rainI need you by my sideDon't know how I'll surviveA day without you is like a year without rainOoh, woooaaahh woaahh
The stars are burningI hear your voice in my mindCan't you hear me callingMy heart is yearningLike the ocean that's running dryCatch me I'm falling
It's like the ground is crumbling underneath my feet(Won't you save me)There's gonna be a monsoonWhen you get back to meOh, baby
I'm missing you so muchCan't help it, I'm in loveA day without you is like a year without rainI need you by my sideDon't know how I'll surviveA day without you is like a year without rainOoh, woooaaahh woaahh
So let this drought come to an endAnd make this desert flower againI'm so glad you found meStick around meBaby, baby, baby, ohIt's a world of wonder with you in my lifeSo hurry, babyDon't waste no more timeAnd I need you hereI can't explainBut day without youis like a year without rainOoh
I'm missing you so muchCan't help it, I'm in loveA day without you is like a year without rainI need you by my sideDon't know how I'll surviveA day without you is like a year without rainOoh, woooaaahh woaahh
Source : [ From: http://www.metrolyrics.com/a-year-without-rain-lyrics-selena-gomez.html ]

Blink - Stop Thinking About You


bodohnya aku ternyata aku
senyum-senyum tak menentu
tak sadar diriku ternyata aku
sedang melamunkan dirimu
mengapa kamu selalu saja
kamu penuhi otakku
karena kamu selalu saja
kamu menjajah hatiku


chorus :
kamu.. kamu.. kamu.. kamu.. lagi
oh tuhan tolonglah..


reff :
can't stop thinking about you
can't stop talking about you
can't stop dreaming about you
about you.. about you..


*back to reff
mengapa kamu selalu saja
kamu penuhi otakku
karena kamu selalu saja
kamu menjajah hatiku


chorus :
kamu.. kamu.. kamu.. kamu.. lagi
oh tuhan tolonglah..


reff :
can't stop thinking about you
can't stop talking about you
can't stop dreaming about you
about you.. about you..


*back to reff
kamu.. kamu.. dan kamu..
kamu.. kamu.. dan kamu..
dan kamu lagi..


*back to reff
thinking about..
thinking about you..
thinking about..
thinking about you..

its all about you.....

Jumat, 30 Maret 2012

ketakutan




menunggu kepulanganmu my dear :')
ketakutan itu muncul lagi ..
takutt ..

cerita hujan



saat semua SUDAH SELESAI ! 
saat semua telah meninggalkanku ..
saat semua menjauh ..
tapi ..
hujan selalu ada dsaat aku terjatuh ..
:'(

Love Is Not A Game -part 6-

mau ngepost cerbung nih, hehe :)
yang kemarin sih .. gak pada lupa kan??

Love Is Not A Game


-Part 6-

            "Met, kapan lo mau nembak dia?"

            Meitha menoleh dan mendelik kesal pada Renita yang sedang tiduran dengan posisi menelungkup di sebelahnya. Cewek itu tengah asik membaca sebuah novel tanpa memperhatikan perubahan ekspresi dan warna di wajah Meitha.

            "Bisa nggak sih lo nanya pertanyaan yang lebih bermutu daripada itu?" teriak Meitha frustasi. Renita sedari tadi sudah menanyakan hal tersebut berkali - kali, bahkan berpuluh kali, tapi tuh anak nggak kapok juga. Nanya melulu! Kayaknya sejak insiden dikantin tadi siang, pertanyaan Renita pasti nggak jauh - jauh dari dua kata : "Nembak" dan juga "Ryan". Argh! Apaan sih nih anak? Norak bener deh!

            "Eh, yang nanya gue kok yang sensi elu sih?" balas Renita tanpa mengalihkan pandangannya dari novel yang dibacanya. Meitha sendiri sedari tadi cuman bengong aja sambil memainkan hapenya, tiduran disebelah Renita juga.

            "Ya jelas gue yang sensi, orang gue yang jawab melulu kok," sergah Meitha cepat. Renita menoleh sekilas dan nyengir lebar. Nggak merasa berdosa sedikit pun tuh! Hhhh..

            "Lo nggak jawab pertanyaan gue."

            "Emang penting ya?" tanya Meitha acuh tak acuh. Tak disangka, Renita malah langsung membanting novelnya -lebih tepatnya novel yang ia pinjam dari Meitha- kemudian menatap Meitha dengan pandangan menyelidik. Meitha menatap balik Renita dengan heran. Kenapa lagi nih anak?

            "Ya penting dong, Sayaaaaaaaang. Kalo nggak penting buat apa gue nanya?"

            Meitha menghembuskan nafas pasrah. "Ntar deh gampang. Pokoknya nggak bakal lewat tiga hari." Akhirnya Renita bungkam juga. Cewek itu cuma manggut - manggut kemudian mengambil novel yang dibacanya tadi. Renita mulai kembali menekuni bacaannya sedangkan Meitha kembali ke dunia khayalannya. Baru lima menit berselang...

            "Met, kalo nembaknya besok aja gimana?"

            Err! Ini anak kenapa segitu terobsesinya sih sama tuh hukuman? Heran deh, perasaan Meitha biasa aja kok yang ribet malah sahabatnya itu sih? Meitha berusaha menelan kekesalannya dan menatap Renita dengan datar.

            "Sekali lagi lo nanya, gue nggak mau nembak dia!!"

            "Weiss, sabar! Sabar! Gue kan cuma kasih usul, Met. Lo besok mau traktir dia kan? Ya sehabis itu ajalah! Timing yang tepat kan? Atau lo mau lusa aja? Lusa kita kan nggak ada pelajaran. Ada acara apa sih? Gue lupa. Yang jelas ntar kan banyak lomba - lomba gitu. Kalo mau kabur berduaan mah itu urusan kecil!" cerocos Renita panjang lebar ngebuat Meitha enek berat.

            "Siapa bilang gue nraktirnya besok? Sotoy banget lo! Gue nraktirnya lusa. Kan pas banget ada bazaar juga nanti disekolah. Katanya menu makanannya banyak banget deh. Ish, gue jadi nggak sabar!"

            "Yaelah, sempet - sempetnya lo mikirin makanan!" Renita menoyor kepala Meitha cukup keras. "Eits, sejak kapan kalian janjiannya lusa? Perasaan Dani bilangnya..."

            "Barusan," Meitha mengacungkan hapenya dengan wajah tak berdosa. Renita membelalakkan matanya dan langsung merebut hape itu dari tangan Meitha. "Kok lo nggak bilang - bilang gue sih? SMS ya?"

            "Kan barusan gue ngomong," jawab Meitha masih dengan lagaknya yang sok polos tadi. Renita mengabaikannya dan malah sibuk mengotak atik hapenya Meitha. Renita nyaris terjungkal saat membaca SMS dari Ryan.

Halo, Cantik. Lo pasti tau kan syp gw? ;)
Cm mo pesen kalo traktirannya gw tagih lusa ya. Di sklh aja, kan ad bazaar.
Ps. Bsk gw mau bolos. Jgn kangen!

            "Aje gile nih cowok! Pedenya selangit," Renita menggeleng - gelengkan kepalanya dengan ekspresi takjub. "Eciehh, yang dipanggil cantik.. yang dibilang jangan kangen! Hahay~ Asek.. asek!!"

            Waduh, Meitha baru inget kalo SMSnya Ryan itu seharusnya disensor dulu! Rempong kan sekarang! Renita malah semakin bersemangat menggodanya, sedangkan Meitha... harus menahan malu! Ugh!

            "Aa..apaan sih!?" seru Meitha salah tingkah. Tuh, wajahnya langsung memerah dah. Renita cekikikan melihatnya. Renita jadi penasaran Meitha balesnya gimana! Sekali lagi, Renita nyaris terjungkal saat membaca balasan Meitha buat Ryan.

Mmhh.. Oke deh..
Btw, gw gk nyangka lo dikit2 punya bakat gombalin cwe!!

            "Jutek amat sih lo balesnya? Apalagi ini nih, yang terakhir, maksudnya bercanda ato nyindir sih? Pake tanda serunya dobel lagi," Renita menggelengkan kepalanya, kali ini dengan wajah sedikit prihatin. Prihatin buat Ryan maksudnya. Kasihan bener dikasih tanggepan kayak gini. Kalo Renita sih pasti udah mati kutu di katain kayak begitu.

            Hape Meitha bergetar membuat keduanya sama - sama terlonjak. Dengan gesit, Renita bangkit berdiri dan menjauh dari jangkauan tangan Meitha. Meitha mendelik kesal apalagi saat Renita dengan seenaknya membaca SMS entah dari siapa itu (tapi sepertinya tersangkanya cuma satu deh). Renita terdiam sesaat kemudian tertawa keras - keras. Meitha yang penasaran akhirnya berhasil juga merebut hapenya dan dengan cepat membaca SMS yang tentunya dari Ryan.

Emg itu termasuk gombalin? Sori, gw gk pengalaman. Tp pengalaman pertama emg selalu mengesankan. ;)
Tp.. asli deh, gw gk stuju klo lo bilang gw gombal. Gw kan cm mo iseng sm lo!

            GOMBAL! GOMBAL! GOMBAL! Pengalaman pertama apanya!? Apanya yang MENGESANKAN!? Hhhh.. ISENG apaan!? Kurang ajar! Sempet - sempetnya gue jadi deg - degan gara - gara SMSnya yang sebelumnya.. Ugh! Nggak! Nggak! NGGAK! Gue nggak deg - degan.. Uhh..

            "Dia kocak juga ya ternyata! Nggak nyangka," kata Renita masih dengan tawanya yang keras banget itu. Meitha mengerucutkan bibirnya kemudian membanting hapenya di tempat tidur dengan raut wajah kesal dan malu. "Nggak dibales, Met?"

            "Males gue," kilah Meitha. Renita kembali cekikikan melihatnya. Meitha melempar bantal ke arah wajah Renita. "Apaan sih lo ketawa mulu?"

            Untungnya, Renita berhasil mengelak dari serangan Meitha. Ia malah mengambil bantal itu kemudian memeluknya seenak jidatnya. Itu kan bantal Meitha! Tawa Renita sedikit mereda. "Met, berarti kita punya satu catatan baru mengenai Ryan nih! Dia polos banget! Kayaknya emang bener deh dia tuh belum pernah pedekatein cewek. Masa sampe nanya gitu sama lo? Lucu banget!"

            "Mmmhhh," gumam Meitha nggak jelas. Meitha jadi inget, kemana sih tuh informasi tentang Ryan? Meitha sudah mencarinya kemana - mana tapi nggak nemu kertas itu dimana - mana! Rese bener! "Kayaknya tuh catatan hilang deh..."

            "Apanya yang hilang?" tanya Renita heran.

            "Itu... informasi yang lo cari waktu...."

            "Apa!?" potong Renita dengan mata melotot. "Lo ilangin tuh catetan!? Gila lo, gue dapet informasi itu nggak gampang tau! Ish, mana Erick ntar ngajakin gue nge-date lagi. Ugh! Ah, pokoknya gue nggak mau tau, Met. Lo kudu nemuin tuh catetan!"

            "Tunggu, tunggu.. Apa kata lo tadi? Lo mau nge-date sama Erick??" Dipastikan wajah Meitha langsung terlihat takjub. Kemudian disusul dengan tawa kerasnya yang membuat Renita makin gondok aja.

            "Iya! Nyebelin banget tuh cowok! Tiap gue ngeles bilang ada urusan, dia pasti langsung ngomong gini, 'Beneran? Bukan karena lo nggak mau jalan sama gue kan?' Huh! Udah tau kok masih nanya lagi. Kampret!" cerocos Renita dengan semangat berapi - api. Wah, mulai curhat deh. "Gue yang mau nolak kan jadi nggak enak hati! Ckck.. Terus ya, kadang - kadang dia malah nyinggung gini nih, 'Tuh informasi yang gue kasih jadinya buat apaan?' Ajieh, bilang aja mau ngingetin gue soal perjanjian sialan itu. Huh! Rese bener tuh orang!"

            Meitha kontan saja ketawa makin keras. Ekspresinya Renita itu lho.. lucu banget! Semangat, kesal, sekaligus geregetan deh. Nada suaranya apalagi. Kayak orang siap demo aja! "Ah, udahlah, Ren. Kalo suka bilang aja. Kagak usah malu - malu gitu. Temenin gue deh. Gue nembak Ryan, elo nembak Erick!"

            "OGAH!" jawab Renita cepat membuat Meitha sampai harus menahan tawanya yang sudah siap keluar lagi. "Lo kalo nembak Ryan sih mending. Belum tentu dia nerima elo. Malunya masih ditahan. Lah, gue? Nembak Erick!? Mati dong gue!! Mau ditaruh dimana muka gue?"

            Meitha cengar cengir mendengarnya. "Alah, gaya lo. Gitu juga, lo sering manfaatin dia. Terutama buat ngejailin gue!"

            Renita tidak berkata apa - apa lagi.

***

            Meitha menatap papan tulis di depannya dengan tatapan putus asa. Nyebelin banget deh guru Bahasa Inggrisnya, Miss Erin, pagi - pagi gini sempet - sempetnya bikin tes dadakan! Meitha kan bego banget sama pelajaran yang berawalan dengan kata "Bahasa". Bahasa Indonesia alias bahasa sendiri aja Meitha masih suka ngaco, apalagi bahasa negara lain. Emang sih Meitha nilainya nggak jelek - jelek amat, tapi itu kan butuh perjuangan keras. Kalo nggak belajar? Wah, nggak tau deh nasib Meitha bakal kayak gimana.

            Seperti saat ini, Meitha malah terus - terusan menatap papan tulis tanpa ada hasil berarti. Ya iyalah, secara papan tulisnya kosong melompong gitu! Meitha menunduk dan menatap soal - soal di atas mejanya. Semakin dibaca, Meitha malah makin pusing! Ia melirik Renita disebelahnya yang sedang mengerjakan tes itu dengan santainya membuat Meitha makin uring - uringan.

            Kebalikan dari Meitha, nilai Renita untuk pelajaran yang berbau "Bahasa" selalu wow banget. Meitha jadi iri setengah mati melihatnya. Yang lebih menyebalkan, Renita pelit banget kalo urusan "menolong disaat ujian" alias ngasih contekan! Lagipula nggak mungkin Meitha bisa nyontek sih. Miss Erin itu daya penglihatannya luar biasa diatas rata - rata. Bikin murid - murid mandi keringat dingin saat ngerjain ujian.

            Akhirnya, dengan ilmu terawangan alias ngawur dan diikuti dengan (semoga) keberuntungan serta keajaiban, Meitha berhasil juga menyelesaikan tes nya dengan hasil kerjanya sendiri! Walau nggak meyakinkan, dengan pedenya Meitha bangkit berdiri kemudian mengumpulkan hasil pekerjaannya. Sayang, kepedean Meitha langsung luntur saat menyadari dialah yang terakhir mengumpulkan tes tersebut. Rupanya, saking seriusnya dia mengerjakan tes itu dengan ilmu ramalannya, dia sampe nggak nyadar kalo dialah satu - satunya siswa yang belum selesai mengerjakan tes itu.

            Meitha kembali ke tempat duduknya dengan wajah merah padam. Sial, pelajaran "bahasa" selalu sukses membuatnya mempermalukan dirinya sendiri. Tuh, Renita aja udah mulai cekikikan sedangkan teman - temannya juga senyam - senyum sambil melirik Meitha. Kurang ajar!

            "Met, lo kenapa sih? Kayaknya sejak masuk kelas tadi pagi muka lo udah mendung gitu. Nih, nih, malahan sekarang ada petirnya nih. Gileeee," canda Renita saat Meitha sudah kembali duduk disebelahnya.

            Meitha mendelik ke arah Renita. "Elo sih nggak mau ngasih gue contekan. Nilai gue gimana nih?"

            "Halah, ngeles aja lo bisanya. Sebelum tes wajah lo udah mendung kok," balas Renita sambil mengamati Meitha dengan seksama. Senyum lebar penuh makna muncul diwajah Renita. "Aha, gue tau! Elo... kangen ya sama.. itu tuhh.."

            "Rese," umpat Meitha tanpa melihat ke arah Renita. Ia sibuk berpura - pura merapikan buku - bukunya. Tapi Renita nggak tertipu. Dia tau betul sahabatnya ini lagi... salting! Yihaaa!

            "Baru mikirin nggak bakal ketemu dia aja lo udah kangen gini!" Cengiran Renita semakin lebar saja. Meitha memutar bola matanya dan tersenyum kecut.

            "Gue nggak kangen sama siapa - siapa kok"

            "Ekspresi lo ngatain sebaliknya tauuu!" seru Renita dan menyenggol bahu Meitha pelan. "Udah, gue maklum kok. Emang susah deh kalo orang lagi jatuh cinta.."

            "Terserah lo deh," potong Meitha dengan wajah cemberut. Renita cengar cengir melihatnya. Ia mengangkat tangan kanannya dan jari - jarinya membentuk huruf V. Meitha tersenyum kecil melihatnya. Dasar Renita! Kayak nggak bisa hidup tanpa ngegodain dia.

            Nggak tau kenapa, hari ini suasana hati Meitha sedang jatuh ke titik terendah. Rasanya males ngapa - ngapain! Kenapa ya? Meitha memutar otaknya tapi dia sama sekali nggak menemukan jawabannya. Pokoknya males aja gitu. Apalagi besok.. besok dia harus nembak Ryan!! Aduh, suasana hati Meitha semakin buruk saja.

            Ditambah lagi, dengan godaan Renita yang nggak ada habis - habisnya itu. Siapa juga yang kangen sama Ryan!? Gila aja kangen sama dia! Dunia udah kiamat kalo gitu. Gara - gara cowok satu itu kan Meitha jadi pusing berat kayak gini! Males banget mikirin cowok itu. Tapi.. kata - kata Renita emang agak bener sih. Bukan kangennya, tapi Meitha emang jadi mikirin Ryan melulu.

            Mikirin berbagai skenario "tembak - tembakan" yang akan dia lakukan. Mikirin reaksi Ryan. Mikirin besok nasibnya ada di tangan cowok itu. Mikirin.. kenapa Ryan nggak masuk hari ini.... Hah! Meitha tersentak. Kenapa tadi dia jadi kayak orang yang lagi kangen sama pujaan hatinya? Sampe mendesah segala lagi. Aduh! Sadar, Met! Sadar!

            Semakin berlalunya waktu, sepertinya suasana Meitha tak kunjung membaik. Malah semakin tegang sebenarnya. Pusing! Pusing! Pusing! Saat istirahat pun Meitha nggak mau diajak ke kantin membuat Renita bingung sekaligus kuatir.

            "Met, lo sakit ya? Masa lo istirahat di kelas lagi? Nggak makan?" berondongan Renita membuat Meitha sedikit terharu dengan kepedulian Renita. Kirain tuh anak bisanya cuma bikin kepala Meitha pusing doang.

            "Nggak papa. Gue cuma lagi nggak mood doang," jawab Meitha lesu.

            Renita berkacak pinggang dan berdecak, "Ya ampun, lo beneran kangen ya sama dia? Padahal tadi gue cuma bercanda"

            "Siapa yang kangen?" elak Meitha masih dengan sedikit lesu.

            "Lah, muka lo galau banget gitu!"

            "Nggak lah ya!" Meitha mencoba sedikit tersenyum.

            "Nah, gitu dong. Sekarang mending lo temenin gue makan. Kelas sumpek gini malah bikin elo tambah suntuk!!" Renita menarik tangan Meitha agar berdiri dan menyeretnya keluar kelas. Meitha cuma bisa pasrah aja. Renita itu kepalanya emang sekeras batu. Maksa banget!

            Baru saja mereka keluar dari pintu kelas, langkah Renita sudah berhenti. Meitha yang berdiri di belakang Renita melongok dari bahunya agar bisa melihat apa yang membuat Renita berhenti berjalan. Didepannya ada Erick dan Dani (lagi). Erick tersenyum dengan senyum konyolnya itu sedangkan Dani hanya tersenyum tipis dan memasukkan kedua tangannya di kedua saku celananya. Heran, kayaknya mereka berdua udah satu paket deh!

            "Ngapain kalian disini?" tanya Renita tanpa bisa menutupi nada ketidaksukaannya.

            "Erick pengin ketemu elo, kalo gue mau ketemu Meitha," jawab Dani santai membuat kedua cewek dihadapannya melotot hampir berbarengan. Apa katanya tadi!?

            Renita memandang Meitha disebelahnya kemudian berbisik pelan, "Mampus lo, Met. Kayaknya lo bakal jadi bahan rebutan nih!" Meitha balas melirik Renita dengan pandangan aneh. Dia nggak ngerti ucapan Renita.

            "Maksud lo?" bisik Meitha. Renita mengabaikannya. Ia malah tersenyum tipis (dan Meitha tau itu senyum sama sekali nggak tulus) ke dua cowok yang berdiri dihadapannya. "Gue sama Meitha mau ke kantin"

            "Kita juga mau ke kantin kok," jawab Erick cepat. Meitha jadi ilfeel berat kalo Erick udah mulai pedekatein Renita. Norak bener deh! Padahal waktu pertama kali ketemu, Meitha sempet rada terpesona sama cowok itu. Sekarang sih ogah banget! Nggak heran Renita nggak kepincut sama Erick. Kasian juga dia.

            Saat berjalan menuju ke kantin, tiba - tiba posisi berjalan mereka jadi berubah. Renita berjalan di depan dengan Erick disebelahnya sedangkan dibelakangnya ada Meitha yang berjalan sejajar dengan Dani. Kok mendadak jadi berpasang - pasangan gini sih!? Meitha jadi kikuk apalagi koridor yang akan mereka lewati itu kelas sepuluh dan juga koridor kelas sebelas. Gosip selalu menjadi bahan pembicaraan terlaris disekolah ini. Dan Meitha tau dia nggak akan hidup tenang setelah ini. Soalnya kabar kedekatan Meitha dengan Ryan emang udah berhembus kemana - mana. Sekarang coba apa akan dipikirkan orang - orang kalo Meitha jalan sama.. Dani? Oh, Meitha nggak bisa bayangin!

            "Nggak usah dipikirin" Meitha menoleh ke arah Dani dengan sebelah alis terangkat. Tapi Dani memilih nggak melihatnya. Meitha terdiam sesaat kemudian memutuskan untuk mengikuti kata - kata Dani. Meitha sudah nggak menunduk seperti sebelumnya. Rasanya suasana jadi makin canggung. Apalagi yang ada didepan Meitha nih. Erick dengan aura berbunga - bunganya sedangkan Renita dengan aura siap membunuhnya. Dahsyat! Meitha sendiri auranya kurang lebih kayak Renita tapi masih mendung kayak tadi. Sedangkan Dani terlihat santai sendiri.

            Meski mereka jalan berempat gini, tapi rasanya kayak terpisah! Renita dan Erick sama sekali nggak menoleh ke belakang dan Meitha juga ngerasa nggak enak buat ngajak mereka ngomong. Mau ngajak ngomong Dani? Males banget! Mending juga diem aja. Sesampainya di kantin apalagi. Meitha langsung duduk di salah satu meja yang kosong. Renita bingung antara mau duduk disebelah Meitha atau beli makanan sesuai rencananya tadi. Mau ngomong tapi juga bingung mau ngomong apa. Erick sendiri dari gerak - geriknya pasti akan mengikuti Renita! Hah! Dani berdiri ditengah mereka. Dia juga keliatannya bingung mau ngapain. Aduh!

            "Hei" seruan itu sontak membuat mereka berempat menoleh ke arah sumber suara. Meitha menyipit melihatnya. Kayaknya itu temennya Ryan juga deh. Namanya Adit kalo nggak salah. Cowok itu menghampiri Dani dan juga Erick "Gue cariin kemana - mana, eh, ternyata kalian ada disini!"

            "Sori, ada urusan." Entah ini cuma perasaan Meitha atau memang Dani mengatakannya sambil memandangnya penuh arti? Adit menoleh ke arah Meitha kemudian mengangkat sebelah alisnya dan tertawa kecil. Seperti baru menyadari keberadaan Meitha disana.

            "Oh, ada ceweknya Ryan nih!"

            Aje gile! Apa katanya!? Gue!? Ceweknya Ryan!?? OH MY GOD!!

            Meitha balas menatap dengan garang. Adit malah bersiul melihatnya. Wah, kurang ajar! "Ups, sori.. Gue lupa kalo kalian belum resmi..."

            "Huss," tegur Dani dan menjitak kepala Adit cukup keras. "Lo kalo bercanda jangan kelewatan deh." Adit mengernyitkan keningnya kemudian menggumam tak jelas. Ia melirik Dani dan Erick. Dan entah kenapa sepertinya ketiga cowok itu malah saling lirik - lirik dengan pandangan penuh arti. Meitha melirik Renita yang juga sedang memandangnya dengan pandangan bertanya - tanya. Jadilah selama beberapa saat, mereka semua saling melirik nggak jelas. Meitha jadi pusing sendiri. Mereka sebenarnya ke kantin itu mau ngapain!?

            "Lo nggak makan, Ren?" tanya Meitha akhirnya memecahkan aksi lirik - lirikan itu. Alhasil, mereka semua malah menatapnya. Renita terdiam sesaat kemudian mengangguk. Renita berjalan ke arah penjual makanan terdekat diikuti dengan Erick. Seperti biasa. Adit langsung ngeloyor pergi sambil berkata, "Gue mau beli makanan dulu. Sukses ya, Dan!"

            Meitha mengernyit mendengarnya. Sukses apaan? Meitha jadi curiga. Sepertinya ada sejenis persekongkolan disini. Dani masih berdiri ditempatnya. Menatap Meitha dengan ragu. Meitha menyipit melihatnya. Kenapa lagi dia?

            "Ngapain lo berdiri nggak jelas disitu?" tanya Meitha ketus. Dani masih menatapnya dengan ragu. Meitha memutar bola matanya dan berkata dengan lebih halus, "Duduk aja. Gue nggak gigit kok!"

            "Oke," jawab Dani masih ragu kemudian duduk didepan Meitha. Meitha meliriknya sekilas kemudian memandang ke segala arah tanpa tujuan yang jelas. Tindakan yang salah, karena rupanya banyak siswa - siswi yang sedang menatapnya -lebih tepatnya memelototinya- dengan seksama.

            "Lo masih marah sama gue?" tanya Dani. Meitha langsung menatap cowok didepannya ini dengan heran. "Lo kenapa sih?"

            Nggak salah juga sih Meitha bertanya kayak gitu. Abisnya Dani mendadak jadi anak "baik" di depan Meitha. Biasanya Dani kan kayak nggak nyadar kalo Meitha nggak suka dekat - dekat dengan Dani. Eh, sekarang.. deket sama Meitha aja takutnya setengah mati! Kayak bakal dihajar orang aja kalo berani deket - deket Meitha!
            "Ya... gue kan cuma nanya" jawab Dani seadanya.

            "Menurut lo gue masih marah nggak?" tanya Meitha balik. Pertanyaan paling nggak penting karena ekspresi Meitha seolah sudah menjawab pertanyaan itu.

            "Masih"

            "Ya udah kalo gitu," tandas Meitha dengan judesnya. Kesabaran Meitha kayaknya juga jatuh ke titik terendah karena mood nya juga sedang buruk. Huft...

            "Lo kenapa sih?" Meitha mengangkat sebelah alisnya, menunggu. Karena dia nggak ngerti maksud pertanyaan Dani. "Ya... kayaknya suasana hati lo lagi buruk. Padahal biasanya lo nggak pernah masang wajah seserem ini kalo ada gue. Kenapa?"

            "Emmmm," gumam Meitha nggak jelas. Dia nggak niat jawab pertanyaan Dani. Meitha malah melontarkan pertanyaan lain. "Ngapain lo deketin gue?"

            Pertanyaan telak yang langsung mengenai sasaran. Dani ragu sesaat kemudian menjawab, "Gue rasa lo nggak perlu tau. Lo nggak bakal seneng kalo gue ngasih tau alasannya"

            Meitha sudah mau protes tetapi membatalkannya begitu melihat Renita dan Erick berjalan mendekati mereka. Seolah nggak menyadari situasi, Renita berkata dengan santai, "Sori, bikin kalian nunggu lama"

            Nggak ada yang menyahut perkataan Renita. Hingga bel berbunyi menandakan jam istirahat pun mereka masih diam - diaman. Hanya sesekali Erick berbicara pada Renita dan Renita akan menjawab dengan kaku. Ugh, suasana paling nggak nyaman yang pernah ada!!

***

            Gue rasa lo nggak perlu tau. Lo nggak bakal seneng kalo gue ngasih tau alasannya....

            "Hmmm..." Meitha yang sedang mengerjakan PR Kimia langsung meletakkan bolpoinnya dan bergumam tak jelas. Kata - kata Dani kembali terngiang dikepalanya. Membuat konsentrasinya pecah. Ugh, Meitha masih penasaran dengan maksud Dani tadi. Maksudnya apa sih? Sekarang beban pikiran Meitha bertambah satu lagi! Meitha bangkit dari kursinya dan mulai berjalan mondar - mandir dikamarnya.

            "Oke, sekarang lupain dulu soal Dani. Yang paling penting sekarang adalah gue harus nyusun rencana buat besok.. Argh!" Meitha mengerang mengingat besok mungkin adalah hari paling "mengerikan" yang akan dijalani Meitha. Sejujurnya, Meitha benar - benar pusing memikirkannya. Jantungnya keburu mau copot kalo mikirin besok dia bakal nembak Ryan. Ugh! Meitha bahkan belum menyusun kata - kata yang akan dilontarkannya. Meski ini cuma main - main, tapi kalo nggak dipersiapkan dia bakal kalah telak! Renita bakal semakin senang mengerjai Meitha.

            Perhatian Meitha sedikit teralihkan. Kayaknya Renita mulu deh yang ngerjain Meitha! Meitha berpikir keras. Dalam benaknya ia mulai memikirkan cara - cara untuk mengerjai Renita. Biar impas! Meski begitu, otaknya nggak mau diajak kompromi. Dia bener - bener nggak ada ide. Otaknya udah males mikir gara - gara kebanyakan mikir buat besok!

            Meitha melirik hape di atas tempat tidurnya. Ia menatap hape itu sesaat kemudian baru menyadari kalo hari ini Ryan sama sekali nggak menghubunginya! Hmmm.. Aneh deh! Padahal kemarin - kemarin, terkadang Ryan masih nge-SMS dia walau cuma basa basi. Hmmm...

            "Bodo amat!" umpat Meitha akhirnya. Ia mencari nomor Renita di kontaknya kemudian meneleponnya. Terdengar tiga kali nada sambung barulah teleponnya dijawab.

            "Halo? Apa, Met? Tumben lo nelepon," sambut Renita dengan nada sedikit mengantuk. Meitha melirik jam dindingnya dan menyadari bahwa sekarang sudah pukul sepuluh malam.

            "Besok gue pinjem peer kimia ya? Gue nggak konsen nih," keluh Meitha akhirnya.

            Renita terdiam beberapa detik kemudian bergumam, "Hmmm.. Oke.. Lo cuma mau bilang itu? Kalo iya, gue tutup ya teleponnya.."

            "Eh, tunggu.. tunggu!" sergah Meitha cepat. "Gue butuh bantuan lo. Tepatnya sih, pemikiran lo!"

            Renita nggak menjawab. Ia hanya bergumam tak jelas. Meitha jadi nggak enak hati mendengarnya. Kayaknya Renita ngantuk berat deh.

            "Menurut lo, gue harus gimana?"

            "Emang lo mau ngapain?"

            "Besok...."

            "Besok? Aaa, besok emang nggak ada pelajaran sih. Tapi peer kimia harus tetep dikumpulin, Met! Emang kenapa?"

            Meitha menepuk keningnya dengan raut wajah frustasi. Renita lemotnya kambuh tuh! Meitha segera menimpali dengan nada tak sabar, "Gue juga tau itu! Maksud gue soal nembak...." Belum sempat Meitha menyelesaikan kata - katanya, terdengar suara gaduh diseberang telepon.

            "Ohya, gue tau!" seru Renita tiba - tiba dengan nada bersemangat. Kantuknya sudah hilang."Jadi, lo mau minta tolong apa sama gue?"

            Meitha mendesah pelan kemudian tersenyum kecut walau Renita jelas tak dapat melihatnya. Sahabat sekaligus pengacau hidupnya ini emang ajaib!

***

            Meitha duduk seperti cacing kepanasan. Gerak ke sana, gerak ke sini. Nggak bisa diem! Renita yang sedang asik dengan hapenya lantas menoleh ke arah Meitha yang duduk disebelahnya dengan kesal. "Lo kenapa sih? Diem aja susahnya nggak ketulungan"

            "Gimana gue bisa diem? Hari ini hari paling "mengerikan" yang pernah ada tau!" gerutu Meitha dengan wajah gelisah.

            "Nggak usah grogi gitu, Met. Masih satu jam lagi kok," Renita terkekeh dengan penuturannya sendiri. Apalagi kepanikan dalam skala kecil mulai mewarnai gerak gerik Meitha.

            "Tapi ntar kalo...."

            "Sst, nggak usah rewel lo," sergah Renita cepat. "Asal lo ngikutin skenario, semua beres deh. Gue udah ngatur semuanya seperti rencana yang kita omongin kemarin!"

            "Dan ngelibatin Erick?" Meitha melirik Renita dengan sinis. Renita malah cengar - cengir melihatnya.

            "Dia mau bantu dengan sukarela kok!"

            "Apa sih yang enggak buat elo?" potong Meitha dengan seulas senyum meledek dibibirnya. Renita mengerucutkan bibirnya dan mengibaskan lengannya.

            "Nggak juga, Met. Kayaknya dia malah seneng dengan rencana ini. Menurut dia, rencana ini malah menarik banget! Dia malah ngasih ide yang lebih oke lagi. Hah, gue punya sekutu!" Meitha menelan ludah mendengarnya. Mampus deh Meitha! Denger - denger, kegilaan Erick itu nyaris setara dengan Renita kalo soal ngerjain orang! Rempong deh sekarang!

            "Jadi, rencananya berubah?"

            "Nggak kok. Rencana tetep sama. Bedanya ntar Erick yang mancing dia ngikutin skenario kita! Gimana? Gimana? Kalo gini kan elo nggak usah takut. Semua bakal beres deh! Gue jamin!"

            Meitha masih terlihat ragu tapi sinar harapan mulai memancar dari mata Meitha. Semoga emang bener kata Renita. Nggak bakal ada masalah... Amin deh! Soalnya Meitha nggak mau kabar "nembak"nya dia kesebar ke satu sekolahan. Mau mancing Ryan ke tempat yang aman dan sepi (supaya nggak ada yang denger) tapi bingung nyari tempat yang pas. Tapi kalo menurut rencana Renita sih semua bakal lancar.

            Jadi, rencananya gini.. Ntar jam delapan (sekitar satu jam lagi) Meitha bakal nemuin Ryan di lapangan tempat bazaar diadakan. Mereka akan jalan - jalan sebentar. Terus, Erick bakal nelepon Ryan naik ke atap buat nemuin dia. Ntar deh Erick nyusun sendiri alesannya kenapa Ryan dipanggil ke atap. Dan gimana pun caranya, Meitha harus ikut ke atap sekolah bareng Ryan. Erick bakal ngajak ngomong Ryan sebentar kemudian ninggalin mereka berdua disitu. Tugas Renita adalah menghalangi siapapun yang mau naik ke atap. Mereka cuma berdua, nggak ada saksi mata, dan... misi pun dijalankan! Selesai deh. Catatan tambahan : Erick bakal mencoba meyakinkan Ryan untuk tidak membeberkan perihal "pernyataan cinta"nya Meitha ke yang lainnya.

            Sayang, mungkin mereka melupakan point terpenting dalam rencana ini. Mereka melupakan reaksi yang akan diberikan Ryan atas pernyataan Meitha nanti....

***

            Hape Meitha berdering membuat Meitha terlonjak kaget. Ia menatap SMS yang dikirimkan Renita dan bahunya langsung melorot. Renita mengatakan bahwa Ryan sudah ada dilapangan bazaar. Meitha mengeluh dalam hatinya, kenapa satu jam terasa seperti satu detik baginya?

            Meitha bangkit berdiri dengan lutut sedikit goyah. Kegugupan selalu membuat Meitha jadi kayak orang linglung! Liat aja tuh, Meitha berjalan seperti nggak punya arah. Meitha menepuk pipinya pelan. Menarik nafas panjang kemudian mengeluarkannya dengan tenang. Mencoba menenangkan dirinya. Huft!

            Meitha jadi ingat pesan terakhir Renita sebelum Renita turun ke bawah dan menjalankan rencananya.

            "Jangan sampe dia nyadar kegugupan lo! Ntar dia jadi curiga, ngerti!? Santai aja, Met!"

            "Gimana gue mau santai? Coba Renita disuruh nembak Erick. Udah dipastikan mati kutu dia!!" gerutu Meitha disepanjang jalan. "Liat aja lo, Ren. Gue bakal bikin perhitungan sama elo!"       Dan pikiran itu membuat Meitha sedikit tenang karena perhatiannya sedikit teralihkan. Pokoknya, gimana pun caranya, Erick sama Renita harus jadian! Biar impas! Penderitaan Meitha kan harus dibayar dengan penderitaan Renita juga! Mulai sadis deh Meitha!

            Meitha akhirnya sampai di lapangan tempat bazaar diadakan. Ternyata ramai banget! Gimana caranya nemu tuh cowok ditengah keramaian kayak gini!? Ugh! Sebuah tepukan dibahunya sontak membuat Meitha menoleh. Ryan berdiri dibelakangnya dengan senyumnya dan tatapannya yang tajam seperti biasa. Mungkin Meitha sudah mulai terbiasa dengan tatapan Ryan karena sekarang itu nggak terlalu berpengaruh pada Meitha lagi. Yang jadi masalah adalah, Meitha nggak terbiasa dengan senyumnya Ryan!

            "Hai," sapa Ryan pendek. Meitha diam saja dan memalingkan wajahnya. Aduh, gugupnya mulai lagi deh!

            "Kenapa?" pertanyaan Ryan membuat Meitha menoleh dan mendapati Ryan sedang menatapnya dengan... jarak yang sangat dekat! Mampus! Jantungnya mendadak olahraga nih.

            "Aaa... nggak.. nggak papa," jawab Meitha sedikit tergagap.

            "Hmmm," gumam Ryan nggak jelas. Ryan malah menarik tangan Meitha agar mengikuti Ryan dan supaya cewek itu nggak tersesat. Asli, rame banget sih! Padahal ini kan masih jam delapan pagi. Kira - kira mereka mau kemana ya? Duhh! Ternyata Ryan menariknya ke stan makan makanan yang berbau sea food. Mampuslah Meitha! Dia kan nggak doyan makanan sea food. Batasannya dia tuh cuma ikan. Kalo nggak, udang juga boleh deh. Itu aja porsinya dikit banget. Kalo banyak - banyak, Meitha dipastikan langsung mual. Tapi kalo yang lainnya ogah deh!

            "Lo mau makan apa?" tanya Ryan seolah nggak memperhatikan perubahan wajah Meitha. Meitha meringis mendengarnya. "Nggak deh. Gue udah kenyang. Lo aja yang makan. Kan yang bayar gue.."

            Ryan mengabaikannya dan pesen nasi goreng sea food dua. Meitha hendak protes tapi Ryan keburu memotongnya, "Kalo nggak mau ya gue makan sendiri juga nggak papa" Aduh! Kalo gini mah sama aja bohong. Dia tetep  harus bayar dua kali lipat. Ugh. Meski cuman nasi goreng, tapi kalo udah ada tambahan macam udang dan saudaranya, ya jadi mahal dong. Bokek dong dia! Mana kalo bazaar gini kan pedagang suka naikin harga. Ngeselin! Seolah nggak menyadari kesalahannya, Ryan malah menyuruh Meitha mencari meja kosong untuk mereka berdua. Astaga!

            Meitha melangkah gontai ke salah satu meja yang kosong dan kursinya kebetulan pas buat dua orang. Tak berapa lama, Ryan datang dengan membawa pesanannya. Dia langsung duduk dan mengabaikan tatapan penasaran orang - orang yang mengamati mereka. Ryan menyodorkan salah satu piring yang dibawanya, "Mau?"

            "Engg.. enggak deh. Makasih," tolak Meitha halus meski ekspresi wajahnya bisa dibilang terlihat tidak suka. Meski baunya lumayan enak tapi membayangkan ada hewan - hewan laut membuat selera makannya hilang. Ryan menatapnya lama.

            "Nggak suka sea food ya," itu bukan pertanyaan tapi pernyataan. Meitha tetap mengangguk memberi jawaban, terkejut Ryan tau mengenai hal itu.

            "Emang udang juga nggak doyan?"

            "Kalo dikit sih nggak papa," jawab Meitha ragu.

            "Pas banget gue pesennya nasi goreng udang nih. Yang ini buat elo aja. Udangnya gue makan deh," tawar Ryan dengan mata sedikit berbinar. Kayaknya dia seneng dengan ide terakhirnya itu deh.

            "Oke," jawab Meitha akhirnya. Sejujurnya, dia emang laper berat sih. Tadi pagi dia nggak sarapan karena nggak mood. Meitha memakan sesendok dan mengunyah dengan pelan. Hmm, nggak buruk - buruk amat ternyata! Nggak bau amis. Syukur deh.

            "Enak kan?"

            "Hmmm.. Lumayan. Nggak separah yang gue pikir," jawab Meitha seadanya. Ryan tertawa mendengarnya. Meitha yang mendengar tawa Ryan jadi gugup. Ternyata Ryan kalo ketawa oke juga. Mmmhh..

            Ryan merogoh saku celananya dan mengeluarkan hapenya. Meitha jadi panas dingin. Ryan menatap hapenya sesaat dengan wajah heran.

            "Kenapa?" tanya Meitha berusaha bersikap sewajar mungkin.

            "Erick. Nyuruh gue ke atap"

            "Ohh, abisin aja makanannya dulu," saran Meitha. Yah, hitung - hitung buat ngulur waktu. Ryan menggeleng perlahan, "Katanya penting banget nih. Gue ke sana dulu deh. Ehh.. Lo mau ikut gue nggak?"

Meitha meringis mendengarnya. Aduh, kok skenarionya berjalan sangat lancar gini ya!? Meitha melirik nasi goreng didepannya. Meski Meitha nggak doyan tapi... ini kan namanya mubazir! Yang bayar Meitha nih! "Ehh, ini nggak dibayar dulu?"

"Udah gue bayar tadi," jawab Ryan cuek.

"Loh, tapi..."

            "Udah, nggak usah. Masa cowok ditraktir cewek?" Kemudian Ryan menarik Meitha (lagi) agar berdiri dan mengikutinya. Meitha terpaksa berjalan agak cepat agar bisa menyesuaikan dengan kecepatan jalannya Ryan. Daripada Meitha di tarik - tarik, mending jalannya sejajar dengan Ryan aja.

            Perjalanan menuju atap sekolah terasa tegang bagi Meitha. Ryan nggak ngomong apa - apa dan jelas Meitha nggak niat membuka pembicaraan. Mereka tetap berjalan berdampingan sambil bergandengan tangan (kayaknya mereka nggak nyadar deh) dan larut dalam pikiran masing - masing.

            Sesampainya di atap, mereka berdua langsung bengong. Nggak ada seorangpun disana. Kemana Erick!? Apa ada perubahan rencana!? Ryan terlihat jengkel berat karena mengira Erick sedang mengerjainya. Hape mereka berdering bersamaan membuat mereka saling melirik. Meitha cepat - cepat menunduk dan membaca SMS dari Renita

Waktu lo 30 menit dr sekarang

            Bertepatan setelah Meitha membaca SMS dari Renita, terdengar suara berdebam yang cukup keras. Pintu besi yang mereka lewati -dan itu jalan satu - satunya untuk turun- telah tertutup rapat. Ryan mencoba membuka pintu itu tapi nggak berhasil.

            "Sialan, gue dikerjain!" gerutu Ryan. Ia mengacak - acak rambutnya dengan kesal.

            MAMPUS!! Kenapa jadi gini!? Ughhhhhh... Gimana nih!? Gue belum siap!! Arghhhhh...

            Dipastikan wajah Meitha langsung pucat pasi. Bukan karena takut, tapi karena gugup! Ryan sepertinya salah mengartikan kepucatan wajah Meitha. "Tenang aja. Erick cuma mau ngerjain gue. Balas dendam buat pukulan gue yang kemarin buat dia. Lo udah diceritain kan?"

            Meitha mengangguk ragu. Alasan Erick boleh juga!

            "Ntar juga dia bukain kok," hibur Ryan, masih mengira bahwa kepucatan wajah Meitha dikarenakan takut terjebak diatap. Nggak tau dia, kalo kegugupan Meitha sedang berada pada titik tertinggi.

            "Yan, gue mau ngomong sesuatu sama lo," bisik Meitha dengan kegugupan yang mulai mewarnai suaranya. Ryan menatapnya curiga.

            "Ngomong aja langsung," tukas Ryan sedikit ketus membuat Meitha sedikit terkejut. Meitha yang semula merasa gugup menjadi heran sekaligus jengkel dengan tingkah Ryan yang ajaib itu. Emang salah ya kalo mau ngomong sesuatu!?

            Ryan menatapnya dengan penasaran dan berjalan mendekati Meitha. Jarak yang terbentang diantara mereka memang cukup jauh. Hanya beberapa langkah kemudian ia berhenti. "Kok diem?"

            Meitha menggigit bibirnya dan rasa gugup serta malu kembali menyerangnya. Aduh, sekarang Meitha ngerti banget sama perasaan tokoh cewek dalam komik jepang yang mau nembak cowok yang disukai. Walau dalam konteks Meitha berbeda (karena dia nggak naksir Ryan), tapi kegugupannya nggak kalah dahsyatnya! Ini pertama kalinya Meitha nembak cowok tau!?

            Meitha menarik nafas pelan. Satu.. Dua.. Tiga.. Huff!!

            Bodo amat deh sama reaksi dia! Gue pasti bisa nyelesain ini SEKARANG JUGA!!

            "Gue suka sama lo!"