Jumat, 27 April 2012

Pengenalan Tanda Baca ( copas )

Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.

Jenis tanda baca
Beberapa jenis tanda baca yang penting antara lain adalah:
  • Titik (.) berfungsi untuk menandai akhir kalimat berita, atau untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka
  • Koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal yang disebutkan dalam kalimat, juga untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka.
  • Tanda ((..)) kurung berfungsi untuk menjelaskan suatu istilah yang belum banyak diketahui oleh khalayak.
  • Tanda (`) kutip satu berfungsi untuk mengasosiasikan suatu istilah.
  • Tanda ("...") petik berfungsi untuk menandai kalimat langsung atau percakapan dalam naskah drama.
  • Tanda (!) seru berfungsi untuk menegaskan, memberi peringatan bahwa kalimat yang bertanda seru tersebut perlu untuk diperhatikan.
  • Tanda (?) tanya berfungsi untuk melengkapi kalimat tanya.
  • tanda blindov cantik (b) berfungsi dipegang.
  • Tanda (...-...) hubung berfungsi untuk menghubungkan penggalan kata, kata ulang, rentang suatu nilai.
  • Titik dua (:) berfungsi untuk mengawali penguraian suatu kalimat.

Format penulisan
Selain tanda baca, ada juga format penulisan yang cukup membantu untuk keperluan penulisan kalimat.
  • Cetak tebal, untuk menegaskan suatu kata atau kalimat yang sedang menjadi pembicaraan. Contoh: Buaya adalah reptil terbesar yang hidup di sungai dan rawa-rawa.
  • Cetak miring merupakan kata serapan di luar bahasa baku yang sedang digunakan. Contoh: Menjelang masa Pilkada, banyak calon yang sowan para kyai. Kata sowan diserap dari bahasa Jawa. Cetak miring juga digunakan untuk menuliskan judul lagu, buku, film, dan lain-lain. Contoh: Hantu Jeruk Purut adalah film bertema horor yang turut mewarnai perfilman nasional saat ini.
  • Garis bawah memiliki fungsi hampir sama seperti cetak tebal dan miring, ketika teknologi komputer belum sepesat sekarang. Seperti kita ketahui, mesin ketik generasi tua belum ada fasilitas cetak tebal dan miring. Tapi untuk masa sekarang, garis bawah tidak begitu jelas penggunaannya.

Last Child - Diary Depresiku


Malam ini hujan turun lagi
Bersama kenangan yang mungkin luka di hati
Luka yang harusnya dapat terobati
Yang ku harap tiada pernah terjadi
Ku ingat saat ayah pergi dan kami mulai kelaparan

Hal yang biasa buat aku hidup di jalanan
Di saat ku belum mengerti arti sebuah perceraian
Yang hancurkan semua hal indah
Yang dulu pernah aku miliki
Reff:
Wajar bila saat ini ku iri pada kalian
Yang hidup bahagia berkat suasana indah di dalam rumah
Hal yang selalu aku bandingkan dengan hidupku yang kelam
Tiada harga diri agar hidupku terus bertahan
Mungkin sejenak dapat aku lupakan
Dengan minuman keras yang saat ini ku genggam
Atau menggoreskan kaca di lenganku
Apapun kan ku lakukan, ku ingin lupakan
Namun bila ku mulai sadar dari sisa mabuk semalam
Perihnya luka ini semakin dalam ku rasakan
Di saat ku telah mengerti betapa indah dicintai
Hal yang tak pernah ku dapatkan
Sejak aku hidup di jalanan
Repeat reff [2x]
Tiada harga diri agar hidupku terus bertahan
Tiada harga diri agar hidupku terus bertahan

Last Child feat. Giselle - Seluruh Nafas Ini


Lihatlah luka ini yang sakitnya abadi
Yang terbalut hangatnya bekas pelukmu
Aku tak akan lupa, tak akan pernah bisa
Tentang apa yang harus memisahkan kita
Saat ku tertatih tanpa kau di sini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Jika memang dirimulah tulang rusukku
Kau akan kembali pada tubuh ini
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh nafas ini
Kita telah lewati rasa yang telah mati
Bukan hal baru bila kau tinggalkan aku
Tanpa kita mencari jalan untuk kembali
Takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku
Di saatku tertatih (saat ku tertatih)
Tanpa kau di sini (tanpa kau di sini)
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Bawalah hatiku dan lekas kembali
Ku nikmati rindu yang datang membunuhku
Untukmu seluruh nafas ini
Dan ini yang terakhir aku menyakitimu
Ini yang terakhir aku meninggalkanmu
Takkan ku sia-siakan hidupmu lagi
Ini yang terakhir dan ini yang terakhir
Takkan ku sia-siakan hidupmu lagi
Jika memang dirimulah tulang rusukku (terlahir untukku)
Kau akan kembali pada tubuh ini (bawa hatiku kembali)
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh nafas ini
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Bawalah hatiku dan lekas kembali
Ku nikmati rindu yang datang membunuhku
Untukmu seluruh nafas ini, untukmu seluruh nafas ini
Untukmu seluruh nafas ini

Adele - Someone Like You

I heard
That you're settled down
That you
Found a girl
And you're
Married now

I heard
That your dreams came true.
Guess she gave you things
I didn't give to you

Old friend
Why are you so shy?
Ain't like you to hold back
Or hide from the light

I hate to turn up out of the blue uninvited
But I couldn't stay away, I couldn't fight it.
I had hoped you'd see my face and that you'd be reminded
That for me it isn't over

Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead."
Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead,
Yeah.

You know how the time flies
Only yesterday
It was the time of our lives
We were born and raised
In a summer haze
Bound by the surprise
Of our glory days

I hate to turn up out of the blue uninvited
But I couldn't stay away, I couldn't fight it.
I had hoped you'd see my face and that you'd be reminded
That for me it isn't over.

Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead."

Nothing compares
No worries or cares
Regrets and mistakes
They are memories made.
Who would have known
How bittersweet this would taste?

Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead"

Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead"

Citra - Aku Pasti Bisa

Mentari terbenam temani dalam kesendirianku
Temani aku dalam kepedihan ini
Ku bertahan

Mentari terbenam beri semangat baru tuk jiwaku
Beri kicauan merdu tuk hidupku ini
Ku bertahan

Aku pasti bisa
Menikmati semua dan menghadapinya
Aku yakin pasti bisa

Mentari terbenam beri semangat baru tuk jiwaku
Beri kicauan merdu tuk hidupku ini
Ku bertahan

Aku pasti bisa
Menikmati semua dan menghadapinya
Aku yakin pasti bisa

Aku pasti bisa
Menikmati semua dan menghadapinya
Aku yakin pasti bisa

Aku ingin lepaskan seluruh bebanku
Dan ku jalani hidupku dengan senyuman

Aku pasti bisa
Menikmati semua dan menghadapinya
Aku yakin pasti bisa

Dan ku jalani hidupku dengan senyuman 

Sabtu, 21 April 2012

Suasana Hati

sekedar puisi kawan :)
semoga layak dibaca :)

HUJAN...
Kini t'lah datang lagi
dengan peRASAan yang sedang ku RASAkan

HUJAN...
Kenapa sekarang kau datang
kenapa kau bekaskan luka di HATIku
dengan CAHAYAmu yang memancar ke WAJAHku, WAJAH yang memancarkan keSEDIHan

HUJAN...
Hapuskanlah air mata ini
Hapuskanlah peRASAan yang sedang ku RASAkan saat ini
dengan setetes air sejukmu

HUJAN...
tetaplah disini
jangan pergi
temanilah aku, sampai ia sadar bagaimana peRASAan ku saat ini...


Coklat

coklat~

siapa suka coklat? akuu ..

Minggu, 08 April 2012

Love Is Not A Game -part 9-


Love Is Not A Game!!

-Part 9-

“Ehem,” suara dehaman itu sontak membuat Meitha dan Dani menoleh kaget ke arah sumber suara itu. Erick berdiri di depan pintu kelas Meitha dengan ekspresi datar. Dani buru –buru berdiri dari kursinya dan mendekati Erick.

“Gue cariin lo kemana –mana. Eh, ternyata disini,” kata Erick pada Dani sambil menepuk bahu Dani pelan. Dia kembali melanjutkan, “Lagi ngapain lo?”

Dani tersenyum kecut. “Gue cuma memastikan gosip panas yang udah menyebar satu sekolah”

Glek! Mendengar kata –kata Dani, Meitha langsung menelan ludah. Masa iya sih udah nyebar ke satu sekolah? Hah, iya juga ya? Dani kan anggota OSIS. Kalo udah denger nih berita, berarti urusannya emang kacau. Masalahnya adalah, anggota OSIS biasanya nggak terlalu update dengan gosip –gosip disekolah. Wah, rempong deh!

“Ohh, jadi.. menurut lo gimana?” tanya Erick seolah yang dibicarakan tidak ada disitu. Meitha memilih tidak menanggapi. Mending cuma dengerin mereka aja. Dan Meitha penasaran juga dengan pendapat Dani.

Dani terlihat gelisah. Ia menggigit bibirnya sesaat kemudian tersenyum ragu. “Well, entahlah. Gue nggak nyangka aja…”

“Nggak nyangka gimana?” potong Meitha akhirnya angkat suara juga. Dani terlihat terkejut saat mendengar pertanyaan Meitha. Seolah Dani melupakan keberadaan Meitha saja!

“Gue nggak nyangka aja kalian bakal, eh, jadian,” jawab Dani masih dengan keraguan dalam suaranya. Seolah ada kalimat yang tertahan di ujung lidah Dani.

Erick tertawa kecil dan menatap Meitha penuh arti. Oh, dia tahu betul apa yang menyebabkan semua ini terjadi. Dan tentu saja Dani tidak mengetahui alasan sebenarnya. Meitha menundukkan kepalanya ketika merasakan tatapan penuh arti Erick. Bisa mampus dia kalo Dani sampai tau hal yang sebenarnya.

Meitha memilih mengalihkan pembicaraan. “Eh, mana Renita?”

“Tuh,” Erick menunjuk ke belakang. Kepala Renita menyembul dari balik pintu dengan cengiran khasnya. Rupanya, cewek itu mendengar pertanyaan Meitha dari balik pintu. Meitha bangkit dari tempat duduknya dan menyusul Renita. “Gue pergi dulu ya sama Renita. Dah!”

Entah kepada siapa sapaan itu dimaksudkan. Meitha langsung menarik tangan Renita dan mengajaknya pergi sejauh mungkin dari tempat itu. Kedua cowok itu hanya memandangi kepergian kedua cewek itu. Erick mengikuti setiap gerak gerik Renita dengan tatapan, seperti biasa, penuh cinta. Sedangkan Dani menatap kepergian Meitha dengan tatapan yang sulit diartikan. Erick yang menyadari kemana arah tatapan Dani melambaikan tangannya di depan wajah Dani. Dani melepaskan pandangannya dari Meitha dan menatap Erick penuh tanya.

“Cewek sohib lo nih. Jangan macem –macem lo. Bisa abis lo ditangan Ryan,” peringat Erick sungguh –sungguh.

“Gue tau kok”

“Lagian lo udah punya Marisa kan?” celetuk Erick pelan. Dani memilih diam dan tidak menanggapi perkataan Erick. Erick menjadi penasaran melihat keterdiaman Dani. “Napa lo?”

Dani berbisik lirih, “Gue udah putus kali sama dia…”

***

“Kalo gini mah sama aja kayak gue nggak punya pacar!” gerutuan Meitha membuat Renita hampir saja tersedak karena tawanya yang sudah siap menyembur. Dan benar saja, sedetik setelah Renita bisa menelan minumannya, ia langsung tertawa terbahak –bahak. Tak ia pedulikan tatapan pengunjung kafe itu yang menatapnya dengan tatapan penasaran. Meitha tersenyum kecut dan kembali melanjutkan aktivitasnya sedari tadi. Mengaduk –aduk minumannya.

“Emang kenapa dia?” tanya Renita di sela –sela tawanya.

“Sekarang gue tanya deh sama lo : Udah berapa hari gue jadian sama dia?”

“Lima hari,” jawab Renita langsung. Meitha mengangkat sendok yang dia gunakan untuk mengaduk jus apelnya dan menudingkannya ke wajah Renita. “Nah, itu! Oke, gue emang nggak berharap apapun mengenai hubungan gue sama dia. Tapi.. please deh, buat apa dia nerima gue kalo kayak begini jadinya!?”

“Maksud lo? Kok gue tetep nggak ngerti?” tanya Renita lalu mengulurkan tangannya untuk menahan sendok di depannya itu agar tidak macam –macam pada wajahnya.

“Lo percaya nggak kalo gue bilang selama tiga hari ini dia sama sekali nggak pernah nyapa gue, sms gue, nelepon apalagi. Papasan sama gue aja langsung memalingkan wajah! Kurang ajar banget nggak sih tuh cowok!?”

Renita menggeleng –gelengkan kepalanya dengan ekspresi takjub. Sumpah, Ryan itu maunya apa sih? Renita jadi ikutan bingung. Hoh, pantas saja Meitha tiba –tiba ingin menraktirnya di kafe langganan mereka. Pengin curhat rupanya.

“Dan kayaknya nggak ada tuh kata “ngantar jemput pacar” dalam kamus dia. Lo liat aja deh, tiap pulang sekolah dia langsung ngacir nggak tau kemana. Padahal biasanya dia kan suka main basket. Ya kan? Gue jadi curiga jangan –jangan dia nggak tau apa arti PACARAN. Malahan kayak ngehindarin gue gitu. Edan!”

Tawa Renita kembali terdengar. Kali ini malah lebih heboh, membuat Meitha terpaksa membekap mulut sahabatnya itu dengan tangan kanannya. Meitha cemberut sejadi –jadinya. Sahabat macam apa ini!? Ngetawain dia sampai seperti itu. JLEB banget tau nggak sih!?

“Ahahahaa.. Mungkin juga dia ngira pacaran itu artinya ‘penyakit mematikan’. Ngeliat wajah lo aja udah bikin gatel –gatel. Huahahahahha..”

Meitha menjitak kepala Renita dengan keras. Meitha langsung ngomel –ngomel. “Lo ngehina gue nih?”

“Faktor face, Met..” Renita cengengesan dan menghindar ketika Meitha mulai melayangkan aksi cubitan di lengan Renita.

“Udah ah. Gue serius nih. Menurut lo gimana? Gue ngerasa kayak digantungin. Rese! Nggak enak banget!” seru Meitha dengan mata berapi –api. Renita menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia juga bingung sih.

“Tanya aja sama orangnya langsung?” usul Renita akhirnya karena sudah kehabisan akal. Meitha berdecak dan kembali mengacung –acungkan sendoknya dengan gaya dramatis. “Ngeliat gue aja dia nggak mau. Gimana caranya gue bisa ngomong sama dia?”

Renita meringis karena tidak tahu jawabannya apa. Sebuah ide terlintas di benak Renita. “Gue suruh Erick aja buat nanyain ke Ryan. Gimana?”

Meitha menyentakkan tangannya dan ujung sendoknya hampir saja menyentuh ujung hidung Renita. “Bagus! Bilang juga sekalian, kalo nggak niat pacaran bilang aja. Nggak usah ngegantung gue kayak gini. Gue nggak butuh status. Apalagi dari dia. Ih! Amit –amit!”

“Yakin nih mau gue sampein sesuai dengan kata –kata lo tadi?” tanya Renita dengan binar jail dimatanya. Meitha terdiam sesaat. Buru –buru ia menggeleng ngeri. “Eh, jangan deng! Bisa mampus gue ditangan dia! Yang bagian nggak niat sama ngegantung aja. Lanjutannya di sensor deh”

“Oke..” Renita mengambil hape ditasnya dan mencari nomor hape Erick. Ia memencet tombol hijau dihapenya tanda ia menelepon nomor itu.

“Gue ke toilet deh,” pamit Meitha dan langsung ngeloyor pergi. Renita tertawa kecil, tau betul Meitha nggak ingin dengar pembicaraannya dengan Erick.




Erick yang sedang asik ngumpul dengan Ryan dan teman –temannya dikagetkan dengan getaran hape di saku celananya. Erick merogoh saku celananya dan matanya langsung berbinar melihat siapa peneleponnya itu.

“Renita ya?” ledek Adit dan disambut dengan tawa yang lainnya. Erick hanya cengar cengir diledek seperti itu dan segera mengangkat teleponnya.

“Halo?”

“Lagi apa?” pertanyaan itu sungguh simpel dan penuh basa basi. Tapi bagi Erick, wow, itu sesuatu banget! Renita meneleponnya hanya untuk bertanya dia sedang apa? Aih

“Ini gue lagi ngumpul sama temen –temen,” jawab Erick dengan gugup. *hasyah*

“Oh, sama Ryan juga?”

Khayalan Erick langsung rusak dalam sekejap. Jika tadi dia sedang melayang di angkasa, sekarang mah udah nyungsep di dasar lautan. Kalo udah menyangkut Ryan, pasti ngomongin Meitha. Yah, padahal Erick tadi udah kegeeran tuh
.
“Iyaa.. Kenapa?” tanya Erick dengan nada melemah. Galau deh..

“Gini lho, Rick…” Dan mengalirlah cerita mengenai curhatan Meitha tadi kepada Renita. Tawa Erick nyaris menyembur mendengar cerita dari Renita. Memang sih, Erick perhatikan sohibnya itu memang jarang terlihat jalan bareng Meitha. Dia nggak nyangka ternyata separah ini!

“Oke deh. Gue tanyain ya,” Erick menjauhkan hapenya dari telinganya dan tanpa sempat dicegah Renita, Erick langsung memberondong Ryan dengan pertanyaan –pertanyaan yang terdengar cukup jelas di telinga Renita.

“Yan, lo gimana sih? Nggak gentlemen lo ahh,” pembukaan yang sungguh sangat menyakitkan hati. Apalagi jika di tujukan untuk orang yang sama sekali nggak ngerti dengan apa yang dibicarakan.

“Maksud lo?” tanya Ryan dengan nada sedikit meninggi karena kesal sekaligus bingung. Jelas saja kata –kata Erick tadi menyinggung egonya. Untung saja hanya tinggal mereka berempat disana –Adit, Dani, Erick dan Ryan sendiri. Kalo dengan gerombolannya yang lain? Erick jelas nyari masalah tuh!

“Ya.. kasian gue sama cewek lo. Masa lo gantungin gitu?”

“Gantung gimana?” potong Dani dengan alis berkerut heran dan langsung dihadiahi tiga pasang mata yang menatapnya tajam. Dani meringis kemudian menutup mulutnya saja.

“Hmmm.. Emang dia ngelapor sama lo?”

“Nggak sih, Yan. Renita yang cerita ke gue. Meitha bilang, ‘Kalo nggak niat pacaran bilang aja. Jangan ngegantung gue kayak gini’. Yah, kira –kira begitu..” lapor Erick dengan lugunya. Renita yang mendengar ucapan Erick dari seberang telepon nyaris terjungkal mendengarnya. Ia menepuk jidatnya dan menggerutu. Heran, Erick ini kok ya ngomongnya asal nyablak nggak pake sensor sih!? Mana nada suaranya terdengar menantang lagi.

Tentu saja Adit langsung tertawa sejadi –jadinya. Putung rokok yang dihisapnya tadi ia jatuhkan entah kemana. Tawa Adit jelas sangat menyinggung Ryan. Kaki Ryan langsung menginjak putung rokok Adit tanpa ampun.

“Awas lo ya. Ketawa lagi gue sumpel mulut lo pake sendal baru tau rasa lo!” ancaman Ryan malah membuat tawa Adit kian heboh. “Haduh, nggak bisa, Yan! Hahaha.. Eh, lo mau gue ajarin kagak gimana caranya pacaran? Kasian bener lu. Seminggu aja belum lewat, udah mau diputusin!”

Ryan menatap Adit dengan tajam. Dani cuma bisa menggeleng –gelengkan kepala melihat aksi adu mulutnya Ryan dan Adit. Erick jadi bete sendiri. Berasa dianggap angin lewat! Erick mulai ngomel –ngomel.

“Heh! Lo pada nggak ngehargain tuan rumah kali ya? Apaan tuh buang sampah sembarangan,” tunjuk Erick ke sisa putung rokok Adit yang sudah remuk karena diinjak Ryan. Erick mengalihkan pandangannya ke Ryan. “Elo lagi. Ditanyain malah nggak jawab. Buruan jawab apa susahnya sih!?”

Kali ini, diseberang telepon Renita ketawa ngakak habis –habisan ngedenger Erick yang ngomel –ngomel persis kayak bokapnya aja!

“Iyaa.. iya..” jawab Ryan malas –malasan. “Ntar gue sendiri yang bakal ngehubungin Meitha. Udah sono. Lanjut aja teleponnya ama cewek lo itu…”

Erick merengut kesal, tidak puas dengan jawaban Ryan. Tapi mau gimana lagi?

Erick melangkah ke luar ke teras rumah agar pembicaraannya tak terdengar yang lainnya. “Gimana, Ren? Udah denger kan lo dia ngomong apa?”

“Hmmm.. Tuh dua orang susah banget yak buat di comblangin?” gerutu Renita di seberang. “Lo punya ide nggak?”
“Ada,” cetus Erick langsung. “Mau denger?”

“Apaan?” tanya Renita penasaran. Erick tersenyum lebar mendengar nada penasaran dalam suara Renita. Sekali tepuk, dapat dua lalat. Itu lah rencana Erick!

“Jadi gini….”

***

“Yan…”

“Hmm?” gumam Ryan tanpa memalingkan wajahnya dari layar televisi. Adit dan Dani sedang asik mengacak –acak dapur rumah Erick untuk mencari apa saja yang bisa dimakan. Kesempatan bagus karena Erick bisa menjalankan rencananya dengan mudah.

“Kayaknya Meitha emang nggak suka beneran deh sama lo,” pembukaan yang sangat simpel namun sukses membuat perhatian Ryan teralihkan seluruhnya padanya. Ryan mengecilkan volume suara televisi dan menatap Erick dengan alis terangkat.

“Maksudnya?”

“Iya, kalo dari ceritanya Renita.. Meitha kayaknya pengin diputusin deh sama lo”

“Begitu?” ucap Ryan pendek dan terlihat sedang berpikir. Erick mengangguk pelan. Ia berkata dengan hati –hati, “Kasian ya lo. Giliran lo nerima pernyataan cinta cewek, eh, ceweknya malah nggak serius sama lo”

“Maksud lo apa, Rick?” tanya Ryan tajam ditambah dengan tatapannya yang tak kalah tajam. Erick mengangkat bahu. Terlihat ragu –ragu antara ingin menjawab atau tidak. Ryan jadi tidak sabar melihat tingkah laku Erick.

“Apaan? Ck, jangan buat gue penasaran deh,” seru Ryan tak sabar.

“Nggak. Nggak papa kok” Meskipun bilangnya nggak papa, keliatan banget ada apa –apanya! Ngebuat Ryan jadi makin penasaran aja!

“Ngomong aja apa susahnya sih??” desak Ryan semakin tak sabar. Erick masih mengulur –ngulur waktu. Sengaja membuat Ryan penasaran setengah mati. “Nih ya. Gue cuma mikir.. kalo dia cuma mau main –main sama lo… Lo biarin aja tuh dia berbuat gitu sama lo?”

Ryan terdiam sesaat. “Ummm..”

“Seharusnya kan lo kasih pelajaran gitu sama dia,” ucap Erick provokatif. Ryan masih diam saja dan terlihat bingung. “Pelajaran gimana?”

“Gampang aja. Buat dia beneran jatuh cinta sama lo”

“Heh?” Ryan melongo mendengar ide gilanya Erick. Apaan coba ini anak? Emang sih, kayaknya Meitha nggak serius sama dia. Tapi, ngapain juga repot –repot bikin Meitha jatuh cinta sama dia? Pake apaan lagi caranya? Aneh –aneh aja.

Erick menaikkan alis setinggi –tingginya. “Kenapa? Lo takut? Halah, kasian bener lho, Yan. Udah deh. Nggak jadi. Pacaran dulunya aja nggak pernah, jatuh cinta aja kayaknya juga belum pernah, nggak mungkin kan lo bisa naklukin hatinya. Ya kan?”

Pernyataan itu sukses membuat Ryan terserang penyakit darah tinggi. Itu kata –kata menyinggung banget tauuuu? Ngehina banget. Okelah dia emang belum pernah pacaran. Okelah kalo dia emang belum pernah jatuh cinta. Tapi sampe nggak bisa ngedapetin hati cewek satupun!? Ngajak ribut itu namanya!

“Enak aja lo kalo ngomong,” desis Ryan terpancing dengan kata –kata Erick.

“Gue ngomong apa adanya nih,” seru Erick dengan nada maju tak gentar. Sebodo amat kalo Ryan ngamuk. Yang penting misi terlaksana. Wajah Ryan merah padam karena kesal sekaligus marah. Ini anak emang paling pinter bikin emosi Ryan melonjak!

“Lo aja dari dulu nggak bisa ngedapetin Renita. Sok –sokan nantangin gue lagi,” cela Ryan tak kalah sadisnya. Di luar skenario, Erick malah jadi kepancing emosinya. Ow ow ow.. Dan skenario-nya benar –benar melenceng saat kemudian Erick melontarkan tantangannya.

“Wah, nantangin nih? Okee! Gue pasti bakal bisa ngedapetin Renita”

“Ohya?” seru Ryan meremehkan. Nah, nah, nah.. Keadaan malah berbalik 180 derajat! Bukannya Ryan yang kepancing, malahan Erick yang kepancing. Erick sudah hampir mendebatnya lalu teringat tujuan utamanya.

“Oke, gue bakal nembak dia. Kalo sampe Renita nerima gue, berarti lo juga harus serius sama Meitha,” tandas Erick akhirnya walau agak ketar –ketir juga. Kayaknya dia harus minta tolong Renita untuk menyetujui rencananya ini. Apapun yang terjadi. Kalau enggak, wah, mau ditaruh dimana muka Erick!?

“Bukan hanya nerima, karena lo pasti bakal ngadain manipulasi. Pastiin dia bener –bener suka sama lo!” tantang Ryan. Erick merutuk dalam hati. Ryan emang paling sulit untuk dibodohi! Argh. “Deal?”

“Deal” ucap Erick pasrah.

Kacau nih! Kacau! rutuk Erick dalam hati.

***

Ternyata Ryan nggak main –main dengan tantangan Erick itu. Esok harinya keadaan langsung berbalik seratus delapan puluh derajat.

Meitha melongo saat mendapati ada sms dari Ryan setelah sekian lamanya dan isinya adalah.. jeng.. jeng.. Ryan mau ngejemput Meitha pagi ini! Ada apa ini!? Meitha jadi blingsatan kayak orang gila pagi itu. Masalahnya, dia nggak nyangka aja keadaan langsung berubah drastis karena Erick melaporkannya ke Ryan. Mana dia tahu kalo ada faktor tambahan tak terduga di baliknya.

Hanya ada dua alasan. Pertama, Ryan akhirnya menyadari kesalahannya. Kedua, Ryan bakal “menghabisi”nya! Setelah dipikir –pikir, kata –katanya kemarin malah terdengar seperti menantang. Kan kacau tuh kalau nantangin cowok satu itu. Ampun!

Terdengar suara bel pintu membuat Meitha terlonjak dari tempat duduknya. Orangtuanya menatap anaknya sekilas kemudian saling melirik penuh tanda tanya. Meitha tergeragap. “Aku cek dulu ya. Mungkin yang datang, eh, temenku”

Mamanya mengangguk pelan sedangkan papanya tetap melanjutkan sarapannya dalam diam. Meitha buru –buru membuka pintu dan memang benar itu Ryan.

“Hei,” sapanya pendek. Seperti biasa. Tapi ada yang berbeda. Meitha mengerutkan dahi mendengar nada suara Ryan yang lebih halus daripada biasanya. Apalagi ketajaman tatapannya itu kayaknya berkurang drastis deh. Wow.

“Oh, hei,” sapa Meitha kikuk. Abisnya bingung mau bereaksi gimana.

“Udah siap?”

“Ehh.. iya, bentar. Gue pamit dulu sama ortu gue” Meitha buru –buru ngacir ke dalam kayak orang kesetanan. Di hampirinya kedua orang tuanya lalu mengambil tasnya yang dia sampirkan di dekat kursinya tadi. “Ma, Pa, berangkat dulu ya”

“Iya, emang siapa yang ngejemput?” tanya papanya santai. Eh, nggak taunya Meitha malah langsung keliatan salting. “Eh.. temen..”

“Temen?” tanya mamanya curiga.

“Ehhhh.. Iyaaaa..”

“Siapa?” Mamanya beranjak bangkit dari kursinya. Meitha langsung menahannya. “Udah, Ma. Lanjutin aja sarapannya. Aku berangkat ya. Dah!” Bener –bener anak nggak sopan, abis gitu langsung ngacir lagi keluar. Males banget kalo ntar di interogasi. Mamanya banget deh. Kalo udah nyerocos nggak ada akhirnya yang ujung –ujungnya malah bikin Meitha malu.

“Ayo,” ajak Meitha masih keliatan gugup pasca kejadian tadi. Dan Ryan mulai menyusahkannya juga.

“Ortu lo mana? Nggak pamit?” tanya Ryan sambil melonggokan kepalanya ke dalam. Meitha menahannya dengan panik. Hal terakhir yang diinginkannya adalah kalo orangtuanya sampe tau Meitha punya “pacar”!

“Eh, tadi udahhh kok.. Ayo, buruan! Ntar telat”

“Tapi gue kan belum. Nggak etis dong kalo gue nggak pamit sama ortu lo”

Ini anak kesambet apaan coba? Grr.. Belum sempat Meitha mengemukakan argumennya lagi, mamanya udah keburu nongol. Ow.. ow..

“Siapa, Met?” pertanyaan mamanya sontak membuat Meitha meringis. Meitha kenal betul nada suara mamanya itu. Nada ingin tahu yang ujung –ujungnya pasti bakal menginterogasinya.

Mending jelasin sekarang dengan cepat daripada mamanya keburu beraksi! “Ini ummmmm.. ehh.. pa.. pacar aku, Ma” Udah. Abis ngomong begitu wajah mamanya langsung keliatan kayak nelen biji durian.

 “Pacar kamu? Ohhhhhh.. pantesan kamu keliatan aneh hari ini. Salting ya hari ini di jemput pacar?” Mamanya terkikik dan menatap Meitha penuh arti. Ryan cuma senyum –senyum aja tanpa berkata apa -apa.

Udah, bunuh aja gue sekarang! Arghhhhhhh!! Malunya kagak nahaaaaaaaaaan! Grr


“Nama kamu siapa, Nak?” tanya mamanya penuh minat. Meitha hanya bisa menghembuskan nafas pasrah dengan wajah memerah tentunya.

“Ryan, Tan,” jawab Ryan pendek walau terdengar sopan.

“Ohhh..” Mamanya kembali cekikikan dan rasanya Meitha ingin menghilang saat itu juga. “Kapan jadiannya?”

“Apaan sih, Ma??? Norak tau nggak,” seru Meitha jengkel bertepatan dengan jawaban Ryan. “Hampir satu minggu yang lalu” Laluuuuuu…

“Hah!? Udah satu minggu!? Kamu kok nggak bilang –bilang mama sih, Met!?”

Beneran. Gue kayaknya bisa mati karena nggak bisa nahan malu nih!


“Udah ahh. Ntar aku telat nih!” potong Meitha buru –buru dan segera menarik Ryan dari situ saat itu juga. Daripada semakin dipermalukan, mendingan juga kabur aja! Tuh, Ryan aja keliatan lagi nahan ketawa tuh. Grrr..

Ryan menjemputnya menggunakan motor sport berwarna hitam. Baru saja Meitha menyuruh Ryan supaya cepat –cepat menyalakan mesin motornya dan pergi dari tempat itu, mamanya sudah berulah lagi.

“Kamu nggak bawa helm, Met? Ohhh.. Udah dibawain ya?” Mulai deh. Mulai! Meitha menutup wajahnya saat sudah duduk di atas motor itu dan dia juga bisa mendengar tawa tertahan Ryan.

“Udah. Buruan!” seru Meitha kesal. Ryan masih tertawa pelan apalagi saat seruan mamanya terdengar lagi. “Pegangan dong, Nak. Ntar jatuh kan repot!”

Grrrr.. Mau tak mau Meitha memilih berpegangan pada ujung kemeja Ryan. Nggak mau repot –repot melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Ryan karena dipastikan mamanya nanti bakal bersiul –siul! Meitha baru bisa menghela nafas lega saat Ryan mulai memacukan motornya di jalanan.

Sepanjang jalan mereka dieeeeeeeem aja. Sibuk dengan pikiran masing –masing. Meitha jelas sedang mengatur rasa malunya yang tadinya berada di puncak tertinggi. Kalo Ryan sih nggak tau ye.

Saat memasuki area sekolah, dipastikan semua mata yang ada di sana mengikuti pergerakan mereka. Sekolah masih heboh gara –gara Meitha “pacaran” sama Ryan. Awal –awal pacaran Meitha di interogasi hampir seluruh penghuni sekolah. Sampe guru –guru, staf, bahkan kepseknya segala! Ampun. Baru sedikit reda, mereka kembali bertanya –tanya kenapa Meitha jarang keliatan jalan bareng Ryan. Udah mulai reda, tapi kayaknya dia bakal di interogasi lagi karena kejadian pagi ini. Intinya, capek banget deh!

Ryan memakirkan motornya dan Meitha langsung turun. Dia udah mau ngacir tapi cekalan Ryan menahannya. “Mau kemana?”

“Ya ke kelas. Emang mau kemana?” tanya Meitha bingung sekaligus gugup.

“Gue anter,” kata Ryan cuek. Lah? Meitha kontan saja langsung berkata, “Kenapa?”

Ryan langsung menghadiahinya tatapan tajam. “Emang nggak boleh?”

Idih, ini cowok aneh bener!


“Kemarin –kemarin ngelirik gue aja elo nggak mau,” gerutu Meitha tanpa sadar. “Kesambet apaan lo?”

“Kan gue nggak enak udah ngegantungin elo,” ledek Ryan dengan senyum mengejek. Dipastikan wajah Meitha langsung memerah. Kemarin Erick ngomong apaan sih ke Ryan!? Sialan.

“Ehhhh.. Guee..”

“Kayaknya mulai sekarang kita ngomongnya pake aku-kamu aja deh,” potong Ryan mengalihkan pembicaraan. Dia bersandar pada motornya dan menyilangkan kedua tangannya di dada.

“Heh, kenapa?” tanya Meitha kayak orang bego. Ryan menjawab dengan kalem, “Kalo orang pacaran emang biasanya gitu kan?”

Waduh. Kok suasana mendadak serius gini ya!? Meitha jadi bingung mau bereaksi apa. Lagian, jawaban Ryan benar –benar nggak terduga. Dan pertanyaannya polos bener. Ckck

“Ummm.. nggak ah. Rasanya kok jadi formal banget,” tolak Meitha halus. Asli, Meitha nggak bisa bayangin harus beraku –kamu sama Ryan. Hiyyy!

“Okeee..” Meitha menghembuskan nafas lega.  “Tapi aku tetep pake aku-kamu kalo ngomong sama kamu. Kalo kamu-nya sih.. terserah”

Ini cowok beneran ngajak ribut! Kalo dia-nya pake aku-kamu, Meitha juga harus pake aku-kamu dong! Nggak lucu dong kalo Meitha malah ngejawab pake gue-elo. Dan.. dan.. Rasanya aneh banget ngedenger Ryan ngomong pake aku –kamu! Kayak ada yang berdesir gitu dihatinya. *eaa*

“Ah, ya udah deh. Kita pake aku-kamu aja,” Meitha akhirnya mengalah juga walau masih agak –agak nggak rela.

“Sipp. Ayo,” Dan Ryan menggandeng tangan Meitha tanpa babibu. Ya ampun, doakan jantung Meitha nggak copot saat itu juga!

***

Begitu sampe dikelas, Meitha bengong melulu. Nggak dia tanggepin tuh temen –temen sekelas yang penasaran begitu ngeliat Ryan nongol di kelas mereka tadi. Yang penting bengong! Abisnya, sikap Ryan yang berubah banget itu memang patut di lamunin. Aneh sih! Tadi sikapnya jadi lebih.. emm, manis mungkin? Iya, manis banget. Ngeri juga Meitha lama –lama. Rasanya aneh aja gitu.

“Dorr!” Renita menepuk bahu Meitha membuat Meitha akhirnya terpaksa menghentikan lamunannya. “Apaan sih?”

“Ngelamunin siapa hayooo?? Yang tadi di jemput terus di anterin sampe depan kelas.. Gue tau lohhh! Cieeeee.. Cieehhh”

“Apa deh lo,” sanggah Meitha salting. Renita ketawa ngakak melihat kesaltingan Meitha. Renita menggeleng –geleng takjub. Entah apa yang dilakukan Erick, yang jelas rencananya benar –benar sukses ses ses! Padahal rencana kedua Erick belum dilaksanakan. Kalo rencana kedua dilaksanakan, kayaknya bakal lebih heboh lagi tuh!

Dan benar saja, begitu istirahat berbunyi.. gerombolannya Ryan udah berdiri di depan pintu. Cuma kelompok inti sih sebenernya. Ryan, Erick, Dani dan Adit. Tapi udah sukses bikin satu kelas rusuh. Udah abis dah tuh Meitha diledek satu kelas. Malunya kagak nahan! Apalagi sikap Ryan yang kayaknya udah bukan manis lagi, tapi malah jadi romantis bin mesra.

Yang bikin satu sekolah yang berjenis kelamin perempuan iri setengah mati dengan Meitha karena melihat perlakuan manisnya Ryan. Pemandangan langka nih! Apalagi kalo Ryan bisa mengecilkan intensitas tatapan tajamnya plus menambah senyum, Ryan pasti udah dinobatin jadi cowok paling cakep satu SMA ini. Apalagi saat Ryan merangkul bahunya. Udah! Pasti Meitha nggak bisa pulang hidup –hidup kalo ketemu Sandra cs!

***

Meitha stress berat. Cowok satu itu sukses menambah daftar cewek –cewek yang iri padanya. Sukses membuatnya jadi trending topic di sekolahnya. Sukses bikin Meitha berasa hampir mati karena dipelototin dengan tatapan membunuh oleh Sandra cs. Dan sukses bikin hatinya jungkir balik. Apalagi sukses bikin Meitha was –was kalau –kalau ntar dia malah beneran jatuh cinta sama Ryan! Satu hari aja belum lewat, apalagi besok –besoknya!?

Di tengah kegalauan hatinya itu, munculah perusuh baru yang nggak terpikirkan oleh Meitha. Erick! Saat Meitha sedang pelajaran olahraga, entah muncul dari mana, tau –tau Erick sudah berdiri tepat di depannya.

“Hei,” sapa Erick sambil cengar cengir. Meitha mengerutkan dahi melihat keberadaan cowok itu. “Ngapain lo disini?”

“Disuruh ngambil fotokopian. Waktu ngeliat elo olahraga, jadi ya gue mampir. Lagian, ngapain lo duduk sendirian di bawah pohon gini?”

“Tadi gue kan udah penilaian. Tapi Renita belum selesai,” jelas Meitha tanpa diminta. Ya iyalah, buat apa Erick nyamperin dia kalo bukan karena Renita!? Erick tertawa kecil sebagai tanggapannya.

Dan Erick mulai meledek Meitha. “Jadi, gimana? Udah klepek –klepek gara –gara Ryan belum?”

“Rese lo!” umpat Meitha dan menendang lutut cowok itu. Erick meringis tapi tetap melanjutkan ledekannya. “Abis lo, Met. Salah sendiri main –main sama Ryan. Ntar juga lo bakal jatuh cinta sama dia” Erick terkekeh geli membayangkannya. Ck, susah deh kalo ada orang yang tau alasan sebenernya kenapa Meitha bisa nembak Ryan!

Meitha memilih nggak menanggapi.

“Serius nih. Hati –hati lho. Ryan kalo udah ngeluarin pesonanya, lo nggak bisa lari lagi”

NGGAK USAH LO KASIH TAHU GUE JUGA UDAH TAHU B.A.N.G.E.T!! GRRR! Itu cowok pake pelet ato santet kali ya!?? Sereeeeeeeeeem tauuuuu!


“Bales dong, Met”

“Hah? Maksudnya?” tanya Meitha nggak ngerti.

“Iya, bales keluarin pesona lo juga. Biar dia yang tergila –gila sama lo”

Ide bagus tuh.

“Gitu?” tanya Meitha masih nggak yakin. Erick ketawa melihat ekspresi Meitha yang ragu –ragu. “Iya, daripada elo yang jadi jatuh cinta sama dia. Mendingan dia yang jadi jatuh cinta sama lo”

Meitha mengerutkan kening kemudian tertawa. “Iya juga ya? Kenapa nggak kepikiran?”

Erick tersenyum lebar melihat Meitha menyetujui sarannya.

Jadi, gimana jadinya ya kalo kedua orang itu saling berusaha membuat lawannya jatuh cinta!? Nggak kebayang!