Rabu, 29 Februari 2012

Kitaro - Caravansary ( Matahari Senja :D )

hai temanteman :D
udah lama gak nge-post nih blog :D
sementara nunggu cerbing Love Is Not A Game part 3
aku luncurin sebuah lagu nih :D
Lagunya Matahari Senja :)))
^_^


Kitaro - Caravansary



Once a long long time ago 
setting out find our dreams 
lost in memories
of golden days 
sometime rising in the spring
glowing shining game the sun
golden days means 
come to till return
those who know the fire burn
try to find forever the dream
try to find forever the way
My way

Caravan journey in the sky
As the sun comes out
From the day
Caravan we know
Who we are
We discover
Where we went
Oh ohh caravan
There we find the love
Love shimmering
And soon our love
Is trough

Come with me
And take my hand
Memories of
Past unfold
And with I lived
Them once again
From my fading
Heart my hand
Feel my walk
In love with him
And I wander when
The spring will come
Do we ever really
Know for sure
Will we travel
On and on
Someday we'll be
Standing up
From today

Caravan journey in the sky
As the sun comes out
From the day
Caravan we know
Who we are
We discover BIS
Where we went
Yeah caravan
There we find the love
Love shimmering
And soon our love
Is trough

Kamis, 23 Februari 2012

Love Is Not A Game -part 2-

Aku tunggu komennya :)

Love Is Not A Game!!


-Part 2-

            Matahari tampak bersinar terik siang itu. Menyilaukan dan panas!! Meitha terduduk lesu di pinggir lapangan basket dengan pohon besar yang menaunginya dari panasnya matahari. Meitha menendang pasir disekitarnya dengan kesal.
            "Gimana cara gue pulaaaang?" keluh Meitha dengan kesal. Tadi sewaktu pulang sekolah, Meitha baru ingat kalo motornya mogok. Dengan kejamnya, Renita berkata kalo dia ada les sehingga Meitha nggak bisa nebeng deh. Sadis!
            Meitha juga nggak bawa hape dan wartel disekolahnya udah tutup! Mana dia nggak bawa uang lagi! Jadilah Meitha malah ngegalau dan merenungi nasibnya dipinggir lapangan basket. Ckck
            Saking seriusnya Meitha ngegalau *hasyah*, dia sampe nggak nyadar dengan tempat, waktu dan situasi yang akan dia hadapi. Dia terlalu larut dengan pikirannya sendiri. Mengenang pembicaraannya dengan Renita tadi siang....

Flashback :

            "HAH!? Lo serius?? Dia? DIA!?" tanya Meitha tak percaya. Renita malah cengar cengir menanggapi tanggapan sahabatnya itu.
            "Lo takut ya?" pancing Renita dengan tenang. Renita memang cerdik, dia tau benar bahwa sahabatnya ini paling nggak tahan sama yang namanya tantangan. Benar saja, tampang Meitha langsung merah padam karena kesal.
            "Siapa bilang gue takut? Ayo aja!" nada suara Meitha meningggi. Renita terkekeh mendengarnya. Dia berhasil memancingnya. Meitha yang awalnya nggak ngeh , akhirnya sadar juga kalo Renita sedang menjebaknya.
            "Renitaaaaaaaaa!! Sialan lo!" gerutu Meitha kesal. Meitha tambah kesal aja waktu ngeliat sahabatnya itu malah semakin heboh ketawanya. Kurang ajar! "Heh, jadi kagak taruhannya!?"
            "Ya jadilah! Gimana sih lo?"
            "So.. Taruhan apa yang akan kita buat?" tanya Meitha penasaran. Dia berusaha menghilangkan kegugupannya. Ya bagaimana tidak? Kalo taruhannya ribet gitu kan susah! Apalagi menyangkut cowok... Wahhh..
            " Cari tau siapa cowok itu. Nama dan informasi yang lengkap! Siapa yang paling cepat mendapat informasi tentang dia adalah pemenangnya. Gampang kan?"
            Meitha terdiam beberapa saat dan berpikir dengan keras. Speechless. Sepertinya taruhan kali ini nggak terlalu 'berbahaya' deh. Untuk ukuran taruhan yang dibuat Renita, ini tergolong biasa.. biasa banget malah. Mencurigakan!
            "Cuma gitu doang?" tanya Meitha sambil menatap Renita penuh selidik. Renita terlihat sedikit gugup. Wah, ada sesuatu nih! Namun kegugupan Renita nggak berlangsung lama. Dengan pintarnya dia menyembunyikan ekspresinya tadi.
            "Nggak lah! Nggak seru banget kalo cuma kayak gitu. Ada hukumannya dong!" jawab Renita dengan nada gembira yang berlebihan. Meitha jadi curiga berat nih! Renita yang melihat ekspresinya sahabatnya buru - buru menjelaskan, "Maksud gue, hukuman kali ini nggak pake kompromi. Biasanya sebelum taruhan kita nentuin hukumannya bareng - bareng kan? Nah, kali ini hanya satu pihak yang akan ngebuat hukuman ini. Dan yang ngebuat jelas yang menang. Sedangkan yang kalah... nggak punya pilihan lain selain menuruti perintah pemenang.. Gimana? Seru kan?"
            "Wah, itu baru seru, Ren!" Renita tersenyum lebar mendengarnya. Meitha ikutan tersenyum meski hatinya sedikit gundah. Dia merasakan firasat yang aneh. Ah, bodo amatlah!
            "Batas waktunya kapan nih?"
            Renita tersenyum kemudian menjawab dengan santainya, "Lusa"

            "Arghhhhhh.. Tuh anak minta gue hajar kali ya? Masa batas waktunya cepet banget? Ck" Meitha mengomel panjang lebar mengingat kata - kata Renita yang terakhir tadi. Dia menggigit roti yang di belinya dikantin tadi dengan kesal. Gimana cara dia bisa ngedapetin informasi cowok itu dengan cepat?
            Meitha berpikir dengan keras. Tanpa Meitha sadari, sedari tadi ada seseorang yang mengawasinya dari jauh. Cowok itu mendekati Meitha sambil tersenyum kecil. Dia duduk disebelah Meitha dan menepuk pundaknya.
            "Hei.."
            Meitha menoleh terkejut karena baru sadar dia nggak sendirian, dan lebih terkejut lagi melihat cowok yang duduk disebelahnya itu.
            "Dani!?"
            Cowok yang dipanggil 'Dani' itu tersenyum dan berkata, "Kita ketemu lagi, Sayang.."

***

            Astaga, dosa apa sih gue sampe - sampe hari ini gue siaaaaaal banget!? rutuk Meitha dalam hati. Dia menatap lawan bicaranya itu dengan pandangan tidak suka.
            "Ngapain lo disini?" tanya Meitha ketus. Dani tersenyum kecil melihat tingkah Meitha yang terlihat sangat antipati dengannya. Meski begitu, sinar matanya memancarkan kerinduan dan kesedihan yang dia pendam selama ini...
            "Gue kan sekolah disini," jawab Dani enteng. Meitha mengumpat mendengarnya. Dia nggak tau kalo Dani juga sekolah di SMA Harapan. Ck, kalo tau Dani sekolah disini juga, Meitha nggak bakal mau deh masuk SMA ini!
            "Lo juga masuk sini? Wah, kebetulan banget ya.. Atau jangan - jangan.. lo sengaja masuk sini karena ada gue ya?"
            Rasanya Meitha ingin menendang cowok ini jauh - jauh ke planet pluto! Menyebalkan! Kepedean yang tidak pada tempat dan situasi yang tepat!
            "Najis! Kalo gue tau lo sekolah disini juga.. Gue nggak bakal masuk sini, jelek!" Meitha bangkit berdiri dan hendak meninggalkan musuh bebuyutannya itu. Sayangnya, gerakan Meitha kurang cepat karena Dani dengan mudah dapat mencekal tangan kanan Meitha. Menahannya agar tidak pergi kemana - mana.
            "Eits, mau kemana?" tanya Dani masih dengan santainya. Tapi Meitha dapat melihat dengan jelas sepasang mata yang menatapnya itu sedang berbinar jail. Rese! Meitha menarik tangan kanannya dengan kasar dan menatap Dani dingin.
            "Kenapa sih lo sensi banget sama gue?" tanya Dani yang mulai kesal dengan tingkah Meitha yang menurutnya berlebihan itu.
            "Karena gue benci sama lo!"
            "Tapi gue nggak tuh. Gue malah suka kok sama lo," ucapan Dani pasti sukses bikin Meitha serasa menelan biji durian! Meitha mendelik sambil berkacak pinggang. Dani menelengkan kepalanya dan tersenyum mengejek seolah menanti reaksi dari Meitha yang seringnya pasti langsung ngamuk - ngamuk. Membuat Meitha kesal setengah mati. Cowok itu sedang mengolok - oloknya!
            "Tapi gue nggak sukaaaaa!"
            "Kenapa?"
            "Pokoknya kalo gue bilang enggak, ya enggak! Titik!"
            "Iya aja kenapa?"
            "Nggakkk.."
            "Kok gitu?"
            Meitha mulai kehabisan kesabaran mendengar pertanyaan Dani yang nggak ada ujungnya itu. Nih anak sengaja nyari ribut kali ya? Mana Dani malah senyam - senyum lagi. Kurang ajar!
            "ARGHHHH.. KUPING LO BUDEG YA?? KALO GUE BILANG ENGGAK,, YA ENGGAK!! APA PEDULI LO??"
            "Ya gue peduli dong. Gue kan selalu peduli sama lo," Dani mengedipkan sebelah matanya dan tertawa menyebalkan. Meitha melengos mendengar ucapan Dani yang gombalnya nggak ketulungan itu.
            Selama beberapa detik, keheningan meliputi mereka. Meitha memilih membelakangi cowok itu dengan perasaan campur aduk. Sedangkan Dani hanya duduk diam menatap punggung Meitha. Dani menghela nafas pelan. Dia tak ingat, sejak kapan Meitha berubah seperti itu. Membencinya seperti itu. Apa salahnya sehingga Meitha memutuskan untuk bertingkah kasar padanya? Mungkin....
            "Gimana kabar Renita?" tanya Dani tenang namun sukses membuat Meitha tersentak. Awalnya Meitha tidak berkomentar apa - apa. Wajahnya terlihat kosong tanpa emosi apapun. Dan detik berikutnya Dani bisa melihat mata itu mengobarkan kebencian. Lagi.
            "Brengsek!!" Meitha berbalik pergi dengan marah. Sayangnya, kepergian Meitha nggak terlihat dramatis seperti di sinetron - sinetron itu. Meitha malah mendapati dirinya menubruk seseorang dengan keras. Meitha sampai sedikit terhuyung ke belakang karena kaget. Orang itu menahan Meitha agar tidak jatuh.
            Meitha nggak sempat melihat wajah orang yang dia tubruk itu. Yang Meitha tau, orang yang dia tabrak itu pasti berjenis kelamin laki - laki. Soalnya tuh orang pake celana panjang, dan lengan yang sedang menopangnya itu terlalu berotot untuk ukuran perempuan. Meitha juga bisa mencium bau parfum maskulin khas parfum cowok. Yah, intinya dia pasti cowok!!
            "Lo nggak apa?" tanya cowok itu pelan membuat Meitha tertegun. Rasanya suara ini terdengar agak familier deh. Tapi siapa? Meitha mendongak dan terkejut. Benar - benar terkejut! Cowok itu juga menatapnya dengan keterkejutan yang sama. Si cowok sangar!
            Hebat! Gue jodoh kali ya sama nih cowok!? Arghhhhh...
            "Oh, yang tadi pagi?" tanya cowok itu tenang dengan suara rendah. Ketenangannya tidak seperti matanya yang menatap Meitha setajam tatapan elang. Dengan sedikit tergagap, Meitha menarik diri dan mendorong tangan kanan cowok itu yang menopang tubuhnya tadi. Meitha menundukkan kepalanya dan menggigit bibir. Argh, Meitha benci situasi seperti ini. Serba salah!
            Meitha menggangguk samar dan melirik cowok itu dari sudut mata. Wajah cowok itu terlihat datar dan masih menatapnya dengan pandangan menilai. Astaga! Dia pikir Meitha apaan?? Kurang ajar banget tuh cowok! Ngeliatin Meitha sampai segitunya!
            Dipastikan wajah Meitha udah berlipat - lipat saking kesalnya, dan malah membuat cowok itu tersenyum. Ampun dah..
            "Temen lo ya, Dan?" tanya cowok itu ke Dani membuat Meitha tersentak bingung. Emangnya cowok itu kenal Dani ya?
            "Nggak tahu" jawab Dani sekenanya dan tertawa kecil melihat wajah cowok itu berkerut bingung. Dia menatap Meitha ingin tahu membuat Meitha salah tingkah. Rasanya seperti dipojokan!
            "Ehh.. Iya.. Eh, nggak!" Meitha menjawab dengan sangat belepotan. Ha! Bener - bener deh ya, kalo diliatin dengan tatapan tajam macam begitu, otak rasanya jadi blank!
            "Lo sendiri kenal sama Meitha?" tanya Dani ingin tahu. Cowok itu menggaruk kepalanya yang tak gatal dan tersenyum kecil.
            "Oh, belum kenalan. Nggak sempet" Cowok itu mengerling ke arah Meitha membuat Meitha serba salah lagi. Nih cowok mau buka aib Meitha kali ya? Sengaja menjawab dengan kalimat yang membuat penasaran orang nih. Liat aja tuh, wajah Dani terlihat bingung sekaligus penasaran.
            "Loh kok bisa?" tuh kan? Dani langsung bertanya mendengar jawaban cowok itu.
            "Oh, bisa dong. Tanya aja sama.. Eh? Reina kan ya?" ASTAGA! Rasanya Meitha ingin meledak saja. Kalo salah nyebut nama kira - kira dong! Jauuuuuuuuuuuh banget tau nggak!?
            "Meitha," koreksi Meitha dengan nada disabar - sabarkan. Padahal aslinya dia pengin teriak - teriak di telinga cowok itu. Err..
            "Hah? Melati?"
            YA AMPUN!! Kuping lo ditaruh dimana sih!? jerit Meitha dalam hati dengan kejengkelan yang meluap - luap dah.
            "Meitha" jawabnya dengan nada agak keras. Bodo amat nih cowok preman ato bukan. Rese bener sih! Yang nggak Meitha sangka, nih cowok malah senyum aja dan masih menatapnya dengan tatapan yang sama. Tajam dan tak terelakkan. Nggak bosen ya ngeliatin orang dengan tatapan macam begitu? Parah! Dan kalimat yang dilontarkannya sukses membuat Meitha bengong.
            "Argara Rahardryan Putra. Panggil aja Ryan," Cowok itu tersenyum miring dan mengulurkan tangan kanannya. Meitha yang masih belum pulih dari kekagetannya malah cuma menatap, MENATAP DOANG, tangan yang terulur padanya itu. Bego! Bego! Bego! Sadar, Met! Tapi Meitha seolah nggak bisa menggerakan tangannya. Seolah terhipnotis dengan tatapan tajam cowok itu dan senyumnya yang.. Ehm, lumayan itu.
            Ryan yang melihat bahwa Meitha nggak memberi respon (bahkan seperti di dunia lain) pada uluran tangannya, nggak menyerah begitu saja. Dengan sigap, tangan kirinya menarik tangan kanan Meitha agar menjabat tangan kanannya. Pemaksaan!
            Meitha yang (akhirnya) mulai pulih dari kekagetannya yang berlebihan itu akhirnya merespon juga. Dia berdeham pelan kemudian berkata, "Meitha.. Meitha Aulia Putri"
            Ryan melepas jabatannya dan tersenyum lagi, "Well, nice to meet you. Gue harap pada pertemuan ketiga kita, nggak ada kasus 'kecelakaan' lagi ya"
            Meitha terdiam dan tidak berkata apa - apa. Entah otaknya mendadak lemot ato emang nggak konek sekalian, dia nggak terlalu mengerti ucapan cowok itu.
            "Dan, ayo!" ajak Ryan kepada Dani yang masih terbengong - bengong melihat 'keakraban' mereka berdua. Ryan berbalik dan menatap Meitha sebentar dan tersenyum lagi "Dah, Meitha.."
            Meitha terdiam. Otaknya masih memproses kejadian yang tak terduga ini. Sesaat kemudian Meitha menggeram kesal. Baru dia sadari senyum dan kata - kata Ryan sedari tadi adalah sebuah ejekan untuknya. Argh! Siaaaaaalll!!

***

            "GUE BISA GILAAAAA!!" teriakan itu membahana ke seluruh ruangan di rumah Meitha malam itu. Orangtua Meitha yang sedang asik menonton TV hanya bisa saling menatap kemudian menggelengkan kepalanya mendengar teriakan anak mereka yang memang sudah tersengar seperti orang gila itu.
            Meitha membanting bantalnya dengan kesal. Hari ini benar - benar hari yang buruk! Hari ini Meitha seperti tertimpa durian runtuh! Bukannya rejeki, malah kesialan. Beruntun lagi! Sial! Coba dihitung deh kesialan apa yang sudah dia alami hari ini :

1. Bangun terlambat padahal hari ini hari pertama masuk SMA

2. Motornya mendadak mogok dan harus menuntunnya hingga sampai ke sekolah

3. Begitu sampai sekolah, malah menabrak cowok sangar bak preman dari negeri antah berantah

4. Membuat taruhan dengan Renita....

            Tunggu.. tunggu.. TARUHAN!?? Meitha menepuk jidatnya dengan kesal. Kok dia bisa lupa sama taruhan sialan itu sih? Arghh.. padahal mungkin tadi dia bisa mengorek informasi dari Ryan! Kan lumayan kan? Mumpung lagi kenalan kan bisa tanya - tanya! Begoooo!!
            Oke, lupakan itu! Lanjutkan menghitungnya lagi!

5. Ketemu musuh bebuyutannya sewaktu SMP...

            Meitha termenung mengingatnya. Dani. Sesosok cowok yang tidak pernah benar - benar dibencinya. Meitha mendesah mengingat masa lalu...
            Dani. Cowok itu setahun lebih tua dibanding Meitha. Cowok itu baik, ramah, sangat menyenangkan. Dani adalah seniornya sewaktu di SMP. Mereka bertemu sewaktu Meitha menjalani MOS SMPnya. Dani adalah salah satu seniornya yang menjadi panitia MOS. Dia baik banget sama juniornya. Nggak seperti pengurus MOS lainnya yang ngeselinnya nggak ketulungan itu.
            Meitha masih ingat dengan jelas hari itu. Hari itu hari kedua MOS, Meitha merasa kurang enak badan tapi tetep nekat mengikuti MOS. Awalnya Meitha masih tahan pada jam - jam pertama kegiatan MOS yang kejam itu, tapi lama kelamaan kondisi Meitha sudah tidak memungkinkan! Yang bikin repot, salah satu seniornya yang super ngeselin nggak mau tau soal kondisi Meitha. Malah dikasih hukuman dua kali lipat waktu Meitha dan teman - temannya yang mengetahui keadaan Meitha protes.
            Penyelamatnya pun datang. Dani mendatangi mereka dan bertanya apa yang terjadi. Mengetahui keadaan Meitha, Dani dengan tegas mengatakan bahwa mendingan Meitha istirahat di UKS saja. Senior yang satunya nggak terima dan terjadilah perdebatan panjang yang akhirnya dimenangkan oleh Dani (Belakangan Meitha baru tau kalo seniornya itu udah kelas 9 sedangkan Dani baru kelas 8. Kebayang nggak sih?)
            Ngerti nggak gimana perasaan Meitha saat itu? Yap, rasanya nggak percaya, terharu, senang, bercampur aduk jadi satu. Dan pada detik itu juga, entah orang - orang percaya atau tidak, Meitha telah jatuh cinta padanya. Dani baik. Terlalu baik. Dan kebaikannya justru menghancurkan perasaan Meitha...
            Mereka dekat hampir selama satu tahun lamanya, tapi nggak ada perubahan status yang signifikan. Cowok itu masih bersikap baik, sopan, ramah, tanpa arti khusus. Membuat Meitha frustasi. Semuanya semakin rumit saat Meitha duduk di kelas 8.
            Terhembus kabar keponakan kepala sekolah mereka pindah di sekolah mereka. Dan cewek itu Renita. Ya, Renita. Sahabatnya sekaligus mantan rivalnya. Dani sang ketua OSIS pun diberi tugas untuk menemani Renita agar bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Seperti yang sudah di waspadai Meitha, Renita sepertinya tertarik pada Dani!
            Renita pun tahu seperti apa kedekatan Meitha dan Dani, mulai bertingkah memusuhi Meitha. Meitha pun juga seperti itu. Karena Renita berusaha merebut Dani dari sisinya. Dan hebatnya, Dani nggak pernah ambil pusing dengan permusuhn mereka berdua. Apa dia tidak sadar bahwa dialah yang menjadi akar permusuhan kedua cewek itu?
            Ternyata cowok itu mempunyai alasan yang cukup kuat atas tingkahnya yang mengabaikan permusuhan mereka. Dan hal itu baru terungkap ketika Dani lulus. Tepatnya dua tahun perkenalan Meitha dan Dani sekaligus setahun permusuhannya dengan Renita.
            Dani sudah punya pacar. Ya, sudah. Dua tahun malah.
            Bisa bayangin gimana perasaan kedua cewek itu terkhusus perasaan Meitha? Hancur. Sakit. Marah. Benci bercampur dengan kesedihan. Kenapa Dani tak pernah memberitahu fakta itu? Meitha marah besar pada Dani dan menolak setiap usaha cowok itu untuk memperbaiki hubungan mereka. Dan mereka pun lost contact sampai akhirnya mereka bertemu lagi hari ini.
            Dani tidak sadar apa salahnya. Itu masalahnya. Dia menggantung Meitha terlalu lama. Memberi harapan tanpa jawaban. Dua tahun tanpa jawaban. Dan membuatnya bermusuhan dengan Renita.
            Cinta membutakannya. Dan dia menyesal. Begitu juga Renita yang merasa bodoh dan menyesal atas setiap perbuatannya dulu. Mereka berbaikan seminggu setelah kejadian itu. Dan mereka pun bersahabat.
            Sekarang, apa Meitha salah atas sikapnya terhadap Dani? Apakah seharusnya dia tidak berbuat seperti itu? Karena dia terlanjur sakit hati. Luka yang Dani goreskan pada hatinya masih belum pulih. Dan mungkin tak akan pulih sampai kapanpun.
            Karena cinta bukan hanya manis tetapi memiliki sisi pahit yang tidak mungkin untuk dilupakan.
            Meitha menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir kenangan masa lalu yang sangat menyakitkan itu. Tadi kan belum selesai berhitungnya!

6. Ketemu (Baca : menabrak) cowok sangar yang ternyata bernama Ryan

            By the way, Ryan tuh temennya Dani ya? Akrab gitu.. Hmm... Nggak tau deh! Lanjut!

7. Di jemput jam empat sore. Bukannya khawatir, Mamanya malah mengomelinya panjang lebar

8. Baru hari pertama SMA udah punya tugas?? Apa kata dunia?

            Meitha membanting tubuhnya ke tempat tidur dengan kepala mendidih. Rasanya hari ini terasa sangat panjang dan melelahkan!! Meitha memejamkan matanya dan berdoa
            Semoga hari esok lebih baik dari hari ini....


Nb : lanjutannya nih :))
-Monica Handayani-

Love Is Not A Game -part 1-

Halohaa..
Ini dia cerbung kedua (punya temenku) :D
wkwkwk.. *abaikan*
Maaf ya kalo ceritanya nggak terlalu menarik dan pendek banget !!
masih dalam tahap belajar soalnya , hehe :D
Langsung aja deh ^^

Love Is Not A Game!!

-Part 1-

            Malam itu, masih seperti malam - malam sebelumnya. Gadis itu menatap ke langit gelap tanpa bintang dengan bosan. Dia mengingat aktivitasnya hari ini dan termenung. Melakukan aktivitas yang sama secara rutin. Menjadi anak yang baik dan jarang sekali terkena masalah. Hidup yang penuh dengan kedamaian...
            Namun ia mendapati, semua itu terasa begitu membosankan! Tidak ada gairah dalam hidupnya. Monoton. Bosan. Dia ingin mencoba hal yang baru. Melakukan aktivitas yang baru, melanggar peraturan, merasakan indahnya hidup khas anak SMA.. dan terutama, jatuh cinta.
            Tak pernah terpikir olehnya, hari - hari seperti itu akan dia rindukan suatu saat nanti. Karena esok hari adalah awal dari 'kegemparan' hidupnya selama 16 tahun ini...

***

            Malam itu, tidak seperti malam - malam sebelumnya. Cowok itu menatap kosong ke langit malam tanpa bintang. Dia mendesah. Entah mengapa, dia merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya. Ada yang salah. Hidupnya terasa tanpa semangat. Padahal, cowok itu bisa dibilang biang onar disekolahnya. Mencoba berbagai aktivitas, membuat huru - hara, meramaikan suasana, dan sudah mencoba berbagai hukuman yang bervariasi dari gurunya..
            Bukankah itu khas dari anak SMA? Heboh dan penuh warna. Tapi kenapa dia masih merasa ada yang kurang? Dia tak mengerti apa yang dia inginkan. Cowok itu mencoba mencari tapi tidak menemukannya. Apa yang harus ia lakukan?
            Tak pernah terpikir olehnya, bahwa esok hari takdir akan memberikannya sebuah jawaban yang dia nantikan selama ini. Jawaban atas kekosongan dalam relung hatinya itu. Karena esok hari adalah awal dari 'perubahan' besar yang terjadi dalam hidupnya selama 17 tahun ini.

***

            "Meitha! Ayo bangun, Sayang!!" seruan Mamanya membuat Meitha terbangun. Matanya mengerjap bingung dan tatapannya jatuh pada jam weker di atas mejanya. Dia mengerang dan membanting jamnya dengan kesal. Bagus! Jam sudah menunjukan pukul enam lewat, sedangkan dia harus tiba ke sekolah pukul setengah tujuh! Maklumlah, hari pertama sekolah datengnya wajib kudu datang pagi.
            "Jam weker rese! Masa nggak hidup lagi sih alarmnya?" Meitha mengomel dengan kesal dan langsung berlari ke kamar mandi. Dia mencoba mandi secepat kilat dan bersiap dengan hebohnya. Mamanya sampai geleng - geleng kepala mendengar kehebohan di kamar anak semata wayangnya itu.
            Yah, maklumlah. Hari ini Meitha udah resmi jadi anak SMA sih. Seragamnya udah nggak putih biru lagi, tapi putih abu - abu. Wahh, kebayang nggak sih gimana rasanya? Seneng bangetlah! Setelah liburan berkepanjangan yang membosankan, Meitha bisa ketemu sahabat - sahabatnya lagi yang tentunya juga mengambil sekolah yang sama dengannya.
            Tak lama, Meitha turun dari kamarnya dan langsung mendekati meja makan. Dia melihat Mamanya sudah menunggunya dengan santai.
            "Mam, kok banguninnya telat banget gitu sih? Ini aku udah mau telat lho!" seru Meitha sambil mengambil setangkup roti di atas meja makan.
            "Yee, siapa suruh tidurnya kayak kebo begitu. Udah bagus mama mau bangunin kamu. Tadinya sih mama niatnya malah ngebiarin kamu molor aja!" ledek Mamanya membuat Meitha cemberut.
            "Udah ah! Meitha berangkat dulu ya, Mam! Dahhh" tanpa babibu lagi Meitha langsung mengeluarkan motornya dari garasi dan menyalakan mesinnya.
            "Yakin mau berangkat sendiri? Nggak mama anterin? Motor kamu itu baru kemarin keluar dari bengkel. Mungkin aja rusak lagi.." kata Mama Meitha khawatir. Tapi Meitha nggak mau ambil pusing. Udah hampir telat nih!
            Kayaknya hari ini emang hari sial buat Meitha deh. Udah bangun telat, eh, di tengah perjalanan motornya berhenti mendadak dan.. jeng.. jeng.. mogok deh!
            "Wahh, sialan nih motor. Jam weker ama motor sama - sama gilanya nih!" Meitha melirik jam tangannya dan nyaris pingsan melihatnya. Udah jam setengah tujuh lewat! Waduh, musti gimana nih?
            Nggak ada jalan lain, terpaksa Meitha harus menuntun motornya itu sampai sekolah. Argh! Siaaaal! umpat Meitha dalam hati. Hari ini hari apa sih? Kok apes banget nasibnya?
            Setelah berjalan selama 15 menit lamanya, dengan penuh keringat dan keluh kesah berkepanjangan, akhirnya Meitha sampai juga disekolahnya itu. Sebelum masuk ke gerbang sekolah, Meitha berdoa dalam hati supaya kesialan nggak mengikutinya lagi. Amin.. Amin..
            Buru - buru dia memarkirkan motornya di tempat terdekat dan mengambil siap siaga untuk berlari sekencaaaaaaaang mungkin menuju aula. Saking kencangnya, Meitha berlari udah kayak mobil yang remnya blong. Nggak ada tanda - tanda bisa berhenti deh!
            Hal itu nggak akan menjadi masalah besar kalo aja orang itu nggak muncul dan juga nggak berlari di persimpangan koridor yang hendak dilewati Meitha. Sayangnya, kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Orang itu juga sedang berlari kayak kesetanan (persis kayak Meitha) menuju arah yang berlawanan dengan Meitha. Meitha yang nggak bisa berhenti mendadak dalam keadaan seperti itu, otomatis 'melindas' sesama pengguna jalan itu. Yak, kecelakaan ternyata nggak cuma ada dijalan raya, tetapi juga di koridor sekolah rupanya!
            Dengan dramatis, Meitha jatuh dan menimpa tubuh cowok itu dengan cukup keras. Terdengar suara gedebuk yang bikin Meitha meringis. Kasian nih cowok. Udah jatuh karena ditabrak Meitha, malah kejatuhan Meitha yang sebenarnya kurus tapi beratnya juga perlu diperhitungkan.
            Wahh, nggak jadi adegan romantis nih. Adegan film action kali ya! Soalnya waktu Meitha ngeliat wajah tuh cowok yang jaraknya dekeeeeet banget sama dia.. Meitha bertemu pandang dengan mata yang berwarna hitam legam dan tatapannya.. Wuahh! Serem banget!! Meitha buru - buru bangun dan berdiri sambil menepuk roknya yang agak kusut.
            Cowok itu ikutan berdiri dan menatap Meitha tajam. Meitha hanya bisa menunduk takut melihatnya.
            Astaga.. Heh, cowok! Kalo punya mata jangan setajam itu kaleee.. umpat Meitha dalam hati.
            Keheningan meliputi mereka selama beberapa saat. Meitha masih nggak berani menatap cowok itu dan cowok itu masih menatapnya dengan intensitas kelewat batas. Bikin orang merinding aja deh! Meitha yang mulai merasa tidak nyaman melirik cowok itu dari sudut mata dan bisa melihat bahwa nih cowok tatapannya nggak berubah. Masih setajam silet!
            Meitha melirik jam tangannya dan melotot karena kaget. Jam tujuh tepat! Seperti kasus tabrak lari yang nggak minta maaf apalagi bertanggung jawab, Meitha langsung berlari dengan secepat kilat!
            "HEI!!"
            Meitha bisa mendengar seruan cowok itu tapi tidak dia hiraukan. Daripada ntar dia kenapa - kenapa, mending kabur ajalah! Dia semakin mempercepat larinya dan nggak menoleh kebelakang lagi. Kasus 'tabrak lari' di koridor sekolah versi anak SMA baru saja terjadi!
            Ini adalah kenangan indah di hari pertama jadi anak SMA. Great!


***

            "Rennnnn, gue mesti gimana dong? Ya ampun, gue takut kalo ketemu dia lagi. Tar bisa repot kan urusannya?"
            Kasian sekali Renita, sahabat Meitha, yang sebenarnya kelaparan banget tapi nggak tega ngeliat sahabatnya itu sedang dilanda masalah. Dengan nggak rela, terpaksa Renita harus mendengarkan curhatan Meitha dikelas tanpa secuil makanan pun. Jam istirahat harus dihabiskannya dikelas dengan Meitha.
            "Yee.. Mana gue tau .. Itu mah derita lo! Siapa suruh lo kabur seenak jidat lo gitu?" komentar Renita pedas
            "Heh, gue curhat tuh bukan buat ngedengerin ocehan lo.. Gue curhat supaya lo ngasih gue saran tauuuuu!!" omel Meitha sambil menjitak kepala Renita dengan keras.
            "Apaan sih.." Renita balas menjitak kepala Meitha sambil tertawa. Meitha mengelus kepalanya dengan wajah cemberut.
            "Kasih gue solusi kek!"
            Renita terdiam beberapa saat. Dia tampak berpikir dengan keras. Meitha memandang Renita penuh harap. Sayang, harapannya langsung jatuh melihat Renita seperti kehabisan akal.
            "Gue nggak ada ide," jawab Renita lesu.
            "Yahh, gue mesti gimana dong?"
            "Tar deh gampang kita pikirin bareng - bareng" hanya itu jawaban yang bisa diberikan Renita. Meitha hanya mengangguk lesu. Sekarang harapannya hanya satu : Jangan sampai bertemu cowok itu!
            "Ohya, Met.. Gue penasaran nih sama tuh cowok! Kasih tau gue dong, kayak gimana sih dia itu? Kali aja gue tau siapa dia"
            "Yahh, mana gue tau?" jawab Meitha asal.
            "Loh, kok gitu? Emm, menurut gue nih.. mending kita cari tau aja siapa tuh cowok!"
            "Buat apa?" tanya Meitha heran. Renita jadi senewen. Nih anak nggak konek mulu kalo diajak omong!
            "Ya, biar lo tau dengan siapa lo bermasalah. Kalo ternyata lo bermasalah sama anak presiden gimana? Repot kan?"
            "Iye.. iye.. Gue tau maksud lo. Nggak usah pake ngayal berlebihan gitu ahh! So, gimana caranya kita nyari informasi tentang cowok itu?"
            "Ayooo" dengan sigap, Renita menyeret Meitha keluar dari kelas membuat Meitha panik.
            "Eh, kita mau kemana?" seru Meitha panik. Renita nggak menghiraukan dan malah mengajaknya naik ke atap sekolah.
            "Kata kakak gue, atap sekolah kita itu tempat paling strategis buat memantau keadaan sekolah. Dari sini, kita bisa ngeliat ke kantin, lapangan basket, lapangan bola, banyak deh. Kita pasti bisa nemuin dia dari sini. Kalo nggak ketemu, berarti dia ada di dalam kelas," jelas Renita panjang lebar.
            "Ah, masa sih dari sini kita bisa ngeli..at.. diaa.. LOH?" kata - kata Meitha tertelan begitu melihat sesosok cowok yang sedang bermain basket dengan cowok - cowok yang lain. Bisa dipastikan mata Meitha melotot maksimal menatap cowok itu. Oh, bagaimana bisa? Meitha terpaksa menelan kata - katanya lagi karena dia baru saja melihat sosok cowok yang ditabraknya tadi!
            "Mana cowok itu!?? Bener kan kata gue!! Kita bisa nemuin dia kalo dari atap" seru Renita dengan antusias. "Manaaaa??"
            "Itu," tunjuk Meitha langsung ke arah lapangan basket dengan sedikit tidak fokus. Sumpah, permainan basketnya tuh cowok.. wow! Keren banget! Nggak nyangka cowok sangar yang dia tabrak tadi bisa terlihat begitu.. bersinar.. begitu menarik di tengah lapangan basket itu. Samar - samar Meitha bisa mendengar tawa lepas cowok itu.
            Meitha mendengus pelan. Nggak nyangka tuh cowok bisa ketawa juga. Kirain nggak bisa senyum! Soalnya tadi wajahnya keliatan ngeri banget! Terutama tatapannya. Hihh. Bikin merinding aja!
            "Met, jangan bilang ke gue kalo cowok yang lo maksud itu yang baru aja masukin three pointdengan mulus banget itu...? Wahhhh.." komentar Renita dengan nada kekaguman. Meitha mengernyit melihat ekspresinya sahabatnya. Renita tertawa melihat ekspresi Meitha yang aneh banget itu.
            "Iya.. Yang itu.."
            Renita mengangguk - angguk kemudian mulai berkomentar lagi, "Ngeliat penampilannya. Wahh, tipe bad boy nih!"
            "Iya, emang! Penampilannya kayak preman gitu.." sindir Meitha pedas. Meski begitu, tatapan Meitha tak pernah sedetikpun lepas dari cowok itu. Ada sesuatu yang membuatnya.. nggak bisa melepaskan pandangannya terhadap cowok itu. Cowok itu.. punya kharisma yang menarik!
            Di tengah lapangan basket itu, hanya dia yang begitu menarik perhatiannya dan mungkin setiap siswa-siswi yang menonton permainan basket itu. Waktu cowok - cowok itu berhenti bermain basket dan istirahat sebentar, terlihatlah kejanggalan yang terlihat jelas.
            Cowok - cowok itu mulai dikelilingi banyak cewek yang memuji permainan mereka, yahh, biasalahhh.. Nah, anehnya nggak ada seorang cewekpun yang mendekati si cowok sangar itu! Membuat Meitha dan Renita bertatapan dengan bingung. Mereka bisa melihat banyak cewek yang mencuri pandang ke cowok itu, tapi nggak ada yang mendekatinya. Cowok itu pun terlihat biasa saja menghadapi situasi itu.
            "Aneh," kata Meitha sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
            Yah, seperti apapun kharisma yang dimiliki cowok itu, nggak akan merubah apa yang ada rupanya. Penampilannya yang lebih mirip preman ketimbang siswa SMA itu cukup membuat Meitha berpikir dua kali dalam menilai cowok itu. Mungkin itu yang dipikirkan cewek - cewek yang lain? Entahlah. Sepertinya lebih dari itu...
            Renita malah tersenyum lebar mendengarnya. Meitha mengerutkan dahinya dan menatap Renita penuh kebingungan. "Lo kenapa, Ren?"
            "Main yuk?" ajak Renita dengan mata berbinar. Meitha mengerang melihatnya. Jangan lagi deh!
            "Ayolahhh," bujuk Renita dengan nada dimelas - melaskan. Meitha hanya mengangguk pasrah sebagai jawabannya.
            Mereka berdua punya kebiasaan yang lucu. Mereka sangat senang bertaruh. Itulah 'permainan' mereka. Nggak pake uang kok! Tenang aja. Bersih! *plakk*
            Hobi itu sudah dimulai sejak mereka bersahabat. Ohya, sebenarnya mereka dulu itu musuh bebuyutan yang akhirnya jadi sahabat karib loh! Waktu mereka masih bermusuhan, mereka bersaing menjadi yang terbaik dalam hal apa pun. Nggak ada satupun yang mau mengalah di antara mereka!
            Akhirnya mereka berbaikan dan persaingan itu pun tak berlanjut lagi. Namun apa dikata, ternyata kebiasaan dengan mantan musuh itu bisa bikin kangen juga! Mereka masih saling menyindir, tapi tentunya hanya bercanda doang lah. Dan kebiasaan 'bertaruh' mulai tumbuh ketika mereka mulai merasa gerah karena nggak ada saingan!
            Taruhan itu pun jenisnya macam - macam. Hanya sebuah masalah kecil pun bisa dijadikan taruhan! Dari nilai ulangan, lari paling cepat menuju kantin, makan paling cepat, macam - macam deh! Ide taruhan pun spontan dilakukan setiap mereka sedang bosan atau sedang ingin iseng.
            Untuk taruhan mereka, mereka hanya akan memberi hukuman pada yang kalah atau memberi apa yang diinginkan oleh si pemenang. Dan kali ini, taruhan apa yang akan mereka buat ya?
            "Jadi apa taruhan kali ini?" tanya Meitha dengan perasaan nggak enak.
            Renita menatapnya dengan senyum licik tersungging diwajahnya, "Dia!"
            "HAH!?"



Nb : ini cerbung punya temen aku yah :) silahkan dibaca :) makasih sebelumnya ;)
-Monica Handayani-

Jumat, 17 Februari 2012

Here I Am To Worship


Light of the world,
You step down into darkness.
Opened my eyes let me see.
beauty that made this heart
adore you hope of a life spent with you.

[Chorus]
And here I am to worship,
here I am to bow down,
here I am to say that you're my God,
you're altogether lovely,
altogether worthy,
altogether wonderful to me.

King of all days,
oh so highly exalted Glorius in heaven above.
Humbly you came to the earth you created.
All for love's sake became poor.

[Chorus]
here I am to worship,
here I am to bow down,
here I am to say that you're my God,
you're altogether lovly,
altogether worthy,
altogether wonderful to me.

I'll never know how much it cost
to see my sin upon that cross.
I'll never know how much it cost
to see mt sin upon that cross.
And I'll never know how much it cost
to see my sin upon that cross.
No I'll never know how much it cost
to see my sin upon that cross.



[Chorus]
Here I am to worship,
Here I am to bow down,
Here I am to say that you're my God,
You're altogether lovly,
Altogether worthy,
Altogether wonderful to me.
So Here I am to worship,
Here I am to bow down,
Here I am to say that you're my God.

KEKUATAN PENGAMPUNAN ^_^



            Seorang wanita berkulit hitam yang telah rentah , dengan perlahan bangkit berdiri di suatu ruang pengadilan di AfSel. Umurnya 70 tahun, dan diwajahnya terlihat tergoresnya penderitaan yang dialaminya bertahun-tahun.
            Di kursi Terdakwa, duduk seorang pemuda yang bernama Mr. Van Der Broek ( Ia dinyatakan bersalah, karena telah membunuh anak laki-laki dan suami dari wanita tersebut. )
            Beberapa tahun yang lalu, Mr. Van Der Broek datang ke rumah wanita tersebut, mengambil anaknya, lalu menembak dan membakar tubuh anak tersebut .
Lalu , 2 tahun kemudian, Mr. Van Der Broek datang lagi ke rumah wanita tersebut, lalu menculik ayahnya. Sudha 2 tahun berlalu, wanita tersebut tidak mengetahui apa yang terjadi terhadap suamiya.
            Kemudian, Mr. Van Der Broek datang kembali dan mengajak wanita tersebut pergi kesuatu tempat, yang ternyata trempat itu terdapat di tpei sungai.
Wanita tersebut dangat kaget, saat mendpati suaminya lagi diikat diatas tumpukan kayu kering dan disiram bensin oleh Mr.Van Der Broek. Lalu, Mr. Van Der Broek itu membakar suami dari wanita tersebut, tetapi , saat suaminya disirami dengan bensin, wanta itu mendengar bahwa suaminya berkata : “ Bapa, ampunilah Dia ”.
            Lalu, tak lama setelah peristiwa tragis itu terjadi, Mr. Van Der Broek ditangkap dan diadili oleh  Pihak Hukum.
            Hakim berkata, “ Anda telah dinyatakan bersalah, dan sekaranglah saatnya untuk menentukan hukumannya ” . Lalu, wanita itu berdiri, dan hakim bertanya kepadanya, “ Mengapa Anda berdiri ? Jadi, apa yang anda inginkan ? Apa yang harus pengadilan lakukan terhadap orang yang secara brutal telah menghabisi keluarga Anda ?”
Lalu, wanita itu menjawab, “ Saya, hanya menginginkan 3 hal.
Pertama, saya ingin dibawa ke tempat suami saya dibunuh dan saya ingin mengumpulkan debunya dan menguburkannya secara terhormat.
Kedua, saya ingin Mr. Van Der Broek menjadi anak saya dan datang 2x sebulan ke Ghetto ( Perumahan irang berkulit hitam) dan melewatkan 1 (satu) hari bersama saya, hingga saya dapat mencurhakan KASIH yang masih ada pada diri saya.
Ketiga, saya ingin Mr. Van Der Broek tahu bahwa saya dan suami saya memberikan maaf bagi dia, karena YESUS KRISTUS TELAH MATI untuk MENGAMPUNI. Begitupun juga dengan anak saya. Lalu, wanita itu maju kedepan dan kemudian memeluk Mr. Van Der Broek.
            Dan saat itu juga, Mr. Van Der Broek terharu akan apa yang telah didengarnya dan merasa bersalah, dan kemudian pingsan.
            Lalu, semua orang yang ada di Pengadilan itu ( baik hakim, teman, saksi, maupun tetangga, dan orang yang menonton melalui televisi, berdiri dan bernyanyi ::
”Amazing Grace, how Sweet the Sound that Saved a wretch like me. I once was lost, but I’m found, ‘Twas blind but now I see ”

Thank You. Semoga kalian yang membaca artikel ini merasa terberkati. 
AMIN...
God Bless Us ..