Kamis, 23 Februari 2012

Love Is Not A Game -part 1-

Halohaa..
Ini dia cerbung kedua (punya temenku) :D
wkwkwk.. *abaikan*
Maaf ya kalo ceritanya nggak terlalu menarik dan pendek banget !!
masih dalam tahap belajar soalnya , hehe :D
Langsung aja deh ^^

Love Is Not A Game!!

-Part 1-

            Malam itu, masih seperti malam - malam sebelumnya. Gadis itu menatap ke langit gelap tanpa bintang dengan bosan. Dia mengingat aktivitasnya hari ini dan termenung. Melakukan aktivitas yang sama secara rutin. Menjadi anak yang baik dan jarang sekali terkena masalah. Hidup yang penuh dengan kedamaian...
            Namun ia mendapati, semua itu terasa begitu membosankan! Tidak ada gairah dalam hidupnya. Monoton. Bosan. Dia ingin mencoba hal yang baru. Melakukan aktivitas yang baru, melanggar peraturan, merasakan indahnya hidup khas anak SMA.. dan terutama, jatuh cinta.
            Tak pernah terpikir olehnya, hari - hari seperti itu akan dia rindukan suatu saat nanti. Karena esok hari adalah awal dari 'kegemparan' hidupnya selama 16 tahun ini...

***

            Malam itu, tidak seperti malam - malam sebelumnya. Cowok itu menatap kosong ke langit malam tanpa bintang. Dia mendesah. Entah mengapa, dia merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya. Ada yang salah. Hidupnya terasa tanpa semangat. Padahal, cowok itu bisa dibilang biang onar disekolahnya. Mencoba berbagai aktivitas, membuat huru - hara, meramaikan suasana, dan sudah mencoba berbagai hukuman yang bervariasi dari gurunya..
            Bukankah itu khas dari anak SMA? Heboh dan penuh warna. Tapi kenapa dia masih merasa ada yang kurang? Dia tak mengerti apa yang dia inginkan. Cowok itu mencoba mencari tapi tidak menemukannya. Apa yang harus ia lakukan?
            Tak pernah terpikir olehnya, bahwa esok hari takdir akan memberikannya sebuah jawaban yang dia nantikan selama ini. Jawaban atas kekosongan dalam relung hatinya itu. Karena esok hari adalah awal dari 'perubahan' besar yang terjadi dalam hidupnya selama 17 tahun ini.

***

            "Meitha! Ayo bangun, Sayang!!" seruan Mamanya membuat Meitha terbangun. Matanya mengerjap bingung dan tatapannya jatuh pada jam weker di atas mejanya. Dia mengerang dan membanting jamnya dengan kesal. Bagus! Jam sudah menunjukan pukul enam lewat, sedangkan dia harus tiba ke sekolah pukul setengah tujuh! Maklumlah, hari pertama sekolah datengnya wajib kudu datang pagi.
            "Jam weker rese! Masa nggak hidup lagi sih alarmnya?" Meitha mengomel dengan kesal dan langsung berlari ke kamar mandi. Dia mencoba mandi secepat kilat dan bersiap dengan hebohnya. Mamanya sampai geleng - geleng kepala mendengar kehebohan di kamar anak semata wayangnya itu.
            Yah, maklumlah. Hari ini Meitha udah resmi jadi anak SMA sih. Seragamnya udah nggak putih biru lagi, tapi putih abu - abu. Wahh, kebayang nggak sih gimana rasanya? Seneng bangetlah! Setelah liburan berkepanjangan yang membosankan, Meitha bisa ketemu sahabat - sahabatnya lagi yang tentunya juga mengambil sekolah yang sama dengannya.
            Tak lama, Meitha turun dari kamarnya dan langsung mendekati meja makan. Dia melihat Mamanya sudah menunggunya dengan santai.
            "Mam, kok banguninnya telat banget gitu sih? Ini aku udah mau telat lho!" seru Meitha sambil mengambil setangkup roti di atas meja makan.
            "Yee, siapa suruh tidurnya kayak kebo begitu. Udah bagus mama mau bangunin kamu. Tadinya sih mama niatnya malah ngebiarin kamu molor aja!" ledek Mamanya membuat Meitha cemberut.
            "Udah ah! Meitha berangkat dulu ya, Mam! Dahhh" tanpa babibu lagi Meitha langsung mengeluarkan motornya dari garasi dan menyalakan mesinnya.
            "Yakin mau berangkat sendiri? Nggak mama anterin? Motor kamu itu baru kemarin keluar dari bengkel. Mungkin aja rusak lagi.." kata Mama Meitha khawatir. Tapi Meitha nggak mau ambil pusing. Udah hampir telat nih!
            Kayaknya hari ini emang hari sial buat Meitha deh. Udah bangun telat, eh, di tengah perjalanan motornya berhenti mendadak dan.. jeng.. jeng.. mogok deh!
            "Wahh, sialan nih motor. Jam weker ama motor sama - sama gilanya nih!" Meitha melirik jam tangannya dan nyaris pingsan melihatnya. Udah jam setengah tujuh lewat! Waduh, musti gimana nih?
            Nggak ada jalan lain, terpaksa Meitha harus menuntun motornya itu sampai sekolah. Argh! Siaaaal! umpat Meitha dalam hati. Hari ini hari apa sih? Kok apes banget nasibnya?
            Setelah berjalan selama 15 menit lamanya, dengan penuh keringat dan keluh kesah berkepanjangan, akhirnya Meitha sampai juga disekolahnya itu. Sebelum masuk ke gerbang sekolah, Meitha berdoa dalam hati supaya kesialan nggak mengikutinya lagi. Amin.. Amin..
            Buru - buru dia memarkirkan motornya di tempat terdekat dan mengambil siap siaga untuk berlari sekencaaaaaaaang mungkin menuju aula. Saking kencangnya, Meitha berlari udah kayak mobil yang remnya blong. Nggak ada tanda - tanda bisa berhenti deh!
            Hal itu nggak akan menjadi masalah besar kalo aja orang itu nggak muncul dan juga nggak berlari di persimpangan koridor yang hendak dilewati Meitha. Sayangnya, kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Orang itu juga sedang berlari kayak kesetanan (persis kayak Meitha) menuju arah yang berlawanan dengan Meitha. Meitha yang nggak bisa berhenti mendadak dalam keadaan seperti itu, otomatis 'melindas' sesama pengguna jalan itu. Yak, kecelakaan ternyata nggak cuma ada dijalan raya, tetapi juga di koridor sekolah rupanya!
            Dengan dramatis, Meitha jatuh dan menimpa tubuh cowok itu dengan cukup keras. Terdengar suara gedebuk yang bikin Meitha meringis. Kasian nih cowok. Udah jatuh karena ditabrak Meitha, malah kejatuhan Meitha yang sebenarnya kurus tapi beratnya juga perlu diperhitungkan.
            Wahh, nggak jadi adegan romantis nih. Adegan film action kali ya! Soalnya waktu Meitha ngeliat wajah tuh cowok yang jaraknya dekeeeeet banget sama dia.. Meitha bertemu pandang dengan mata yang berwarna hitam legam dan tatapannya.. Wuahh! Serem banget!! Meitha buru - buru bangun dan berdiri sambil menepuk roknya yang agak kusut.
            Cowok itu ikutan berdiri dan menatap Meitha tajam. Meitha hanya bisa menunduk takut melihatnya.
            Astaga.. Heh, cowok! Kalo punya mata jangan setajam itu kaleee.. umpat Meitha dalam hati.
            Keheningan meliputi mereka selama beberapa saat. Meitha masih nggak berani menatap cowok itu dan cowok itu masih menatapnya dengan intensitas kelewat batas. Bikin orang merinding aja deh! Meitha yang mulai merasa tidak nyaman melirik cowok itu dari sudut mata dan bisa melihat bahwa nih cowok tatapannya nggak berubah. Masih setajam silet!
            Meitha melirik jam tangannya dan melotot karena kaget. Jam tujuh tepat! Seperti kasus tabrak lari yang nggak minta maaf apalagi bertanggung jawab, Meitha langsung berlari dengan secepat kilat!
            "HEI!!"
            Meitha bisa mendengar seruan cowok itu tapi tidak dia hiraukan. Daripada ntar dia kenapa - kenapa, mending kabur ajalah! Dia semakin mempercepat larinya dan nggak menoleh kebelakang lagi. Kasus 'tabrak lari' di koridor sekolah versi anak SMA baru saja terjadi!
            Ini adalah kenangan indah di hari pertama jadi anak SMA. Great!


***

            "Rennnnn, gue mesti gimana dong? Ya ampun, gue takut kalo ketemu dia lagi. Tar bisa repot kan urusannya?"
            Kasian sekali Renita, sahabat Meitha, yang sebenarnya kelaparan banget tapi nggak tega ngeliat sahabatnya itu sedang dilanda masalah. Dengan nggak rela, terpaksa Renita harus mendengarkan curhatan Meitha dikelas tanpa secuil makanan pun. Jam istirahat harus dihabiskannya dikelas dengan Meitha.
            "Yee.. Mana gue tau .. Itu mah derita lo! Siapa suruh lo kabur seenak jidat lo gitu?" komentar Renita pedas
            "Heh, gue curhat tuh bukan buat ngedengerin ocehan lo.. Gue curhat supaya lo ngasih gue saran tauuuuu!!" omel Meitha sambil menjitak kepala Renita dengan keras.
            "Apaan sih.." Renita balas menjitak kepala Meitha sambil tertawa. Meitha mengelus kepalanya dengan wajah cemberut.
            "Kasih gue solusi kek!"
            Renita terdiam beberapa saat. Dia tampak berpikir dengan keras. Meitha memandang Renita penuh harap. Sayang, harapannya langsung jatuh melihat Renita seperti kehabisan akal.
            "Gue nggak ada ide," jawab Renita lesu.
            "Yahh, gue mesti gimana dong?"
            "Tar deh gampang kita pikirin bareng - bareng" hanya itu jawaban yang bisa diberikan Renita. Meitha hanya mengangguk lesu. Sekarang harapannya hanya satu : Jangan sampai bertemu cowok itu!
            "Ohya, Met.. Gue penasaran nih sama tuh cowok! Kasih tau gue dong, kayak gimana sih dia itu? Kali aja gue tau siapa dia"
            "Yahh, mana gue tau?" jawab Meitha asal.
            "Loh, kok gitu? Emm, menurut gue nih.. mending kita cari tau aja siapa tuh cowok!"
            "Buat apa?" tanya Meitha heran. Renita jadi senewen. Nih anak nggak konek mulu kalo diajak omong!
            "Ya, biar lo tau dengan siapa lo bermasalah. Kalo ternyata lo bermasalah sama anak presiden gimana? Repot kan?"
            "Iye.. iye.. Gue tau maksud lo. Nggak usah pake ngayal berlebihan gitu ahh! So, gimana caranya kita nyari informasi tentang cowok itu?"
            "Ayooo" dengan sigap, Renita menyeret Meitha keluar dari kelas membuat Meitha panik.
            "Eh, kita mau kemana?" seru Meitha panik. Renita nggak menghiraukan dan malah mengajaknya naik ke atap sekolah.
            "Kata kakak gue, atap sekolah kita itu tempat paling strategis buat memantau keadaan sekolah. Dari sini, kita bisa ngeliat ke kantin, lapangan basket, lapangan bola, banyak deh. Kita pasti bisa nemuin dia dari sini. Kalo nggak ketemu, berarti dia ada di dalam kelas," jelas Renita panjang lebar.
            "Ah, masa sih dari sini kita bisa ngeli..at.. diaa.. LOH?" kata - kata Meitha tertelan begitu melihat sesosok cowok yang sedang bermain basket dengan cowok - cowok yang lain. Bisa dipastikan mata Meitha melotot maksimal menatap cowok itu. Oh, bagaimana bisa? Meitha terpaksa menelan kata - katanya lagi karena dia baru saja melihat sosok cowok yang ditabraknya tadi!
            "Mana cowok itu!?? Bener kan kata gue!! Kita bisa nemuin dia kalo dari atap" seru Renita dengan antusias. "Manaaaa??"
            "Itu," tunjuk Meitha langsung ke arah lapangan basket dengan sedikit tidak fokus. Sumpah, permainan basketnya tuh cowok.. wow! Keren banget! Nggak nyangka cowok sangar yang dia tabrak tadi bisa terlihat begitu.. bersinar.. begitu menarik di tengah lapangan basket itu. Samar - samar Meitha bisa mendengar tawa lepas cowok itu.
            Meitha mendengus pelan. Nggak nyangka tuh cowok bisa ketawa juga. Kirain nggak bisa senyum! Soalnya tadi wajahnya keliatan ngeri banget! Terutama tatapannya. Hihh. Bikin merinding aja!
            "Met, jangan bilang ke gue kalo cowok yang lo maksud itu yang baru aja masukin three pointdengan mulus banget itu...? Wahhhh.." komentar Renita dengan nada kekaguman. Meitha mengernyit melihat ekspresinya sahabatnya. Renita tertawa melihat ekspresi Meitha yang aneh banget itu.
            "Iya.. Yang itu.."
            Renita mengangguk - angguk kemudian mulai berkomentar lagi, "Ngeliat penampilannya. Wahh, tipe bad boy nih!"
            "Iya, emang! Penampilannya kayak preman gitu.." sindir Meitha pedas. Meski begitu, tatapan Meitha tak pernah sedetikpun lepas dari cowok itu. Ada sesuatu yang membuatnya.. nggak bisa melepaskan pandangannya terhadap cowok itu. Cowok itu.. punya kharisma yang menarik!
            Di tengah lapangan basket itu, hanya dia yang begitu menarik perhatiannya dan mungkin setiap siswa-siswi yang menonton permainan basket itu. Waktu cowok - cowok itu berhenti bermain basket dan istirahat sebentar, terlihatlah kejanggalan yang terlihat jelas.
            Cowok - cowok itu mulai dikelilingi banyak cewek yang memuji permainan mereka, yahh, biasalahhh.. Nah, anehnya nggak ada seorang cewekpun yang mendekati si cowok sangar itu! Membuat Meitha dan Renita bertatapan dengan bingung. Mereka bisa melihat banyak cewek yang mencuri pandang ke cowok itu, tapi nggak ada yang mendekatinya. Cowok itu pun terlihat biasa saja menghadapi situasi itu.
            "Aneh," kata Meitha sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
            Yah, seperti apapun kharisma yang dimiliki cowok itu, nggak akan merubah apa yang ada rupanya. Penampilannya yang lebih mirip preman ketimbang siswa SMA itu cukup membuat Meitha berpikir dua kali dalam menilai cowok itu. Mungkin itu yang dipikirkan cewek - cewek yang lain? Entahlah. Sepertinya lebih dari itu...
            Renita malah tersenyum lebar mendengarnya. Meitha mengerutkan dahinya dan menatap Renita penuh kebingungan. "Lo kenapa, Ren?"
            "Main yuk?" ajak Renita dengan mata berbinar. Meitha mengerang melihatnya. Jangan lagi deh!
            "Ayolahhh," bujuk Renita dengan nada dimelas - melaskan. Meitha hanya mengangguk pasrah sebagai jawabannya.
            Mereka berdua punya kebiasaan yang lucu. Mereka sangat senang bertaruh. Itulah 'permainan' mereka. Nggak pake uang kok! Tenang aja. Bersih! *plakk*
            Hobi itu sudah dimulai sejak mereka bersahabat. Ohya, sebenarnya mereka dulu itu musuh bebuyutan yang akhirnya jadi sahabat karib loh! Waktu mereka masih bermusuhan, mereka bersaing menjadi yang terbaik dalam hal apa pun. Nggak ada satupun yang mau mengalah di antara mereka!
            Akhirnya mereka berbaikan dan persaingan itu pun tak berlanjut lagi. Namun apa dikata, ternyata kebiasaan dengan mantan musuh itu bisa bikin kangen juga! Mereka masih saling menyindir, tapi tentunya hanya bercanda doang lah. Dan kebiasaan 'bertaruh' mulai tumbuh ketika mereka mulai merasa gerah karena nggak ada saingan!
            Taruhan itu pun jenisnya macam - macam. Hanya sebuah masalah kecil pun bisa dijadikan taruhan! Dari nilai ulangan, lari paling cepat menuju kantin, makan paling cepat, macam - macam deh! Ide taruhan pun spontan dilakukan setiap mereka sedang bosan atau sedang ingin iseng.
            Untuk taruhan mereka, mereka hanya akan memberi hukuman pada yang kalah atau memberi apa yang diinginkan oleh si pemenang. Dan kali ini, taruhan apa yang akan mereka buat ya?
            "Jadi apa taruhan kali ini?" tanya Meitha dengan perasaan nggak enak.
            Renita menatapnya dengan senyum licik tersungging diwajahnya, "Dia!"
            "HAH!?"



Nb : ini cerbung punya temen aku yah :) silahkan dibaca :) makasih sebelumnya ;)
-Monica Handayani-

1 komentar:

  1. hai.. aku udah baca cerbung kamu dan suka banget. any way, maaf ya sbelumnya.. link cerbung kamu, aku share di blog aku, nggak pa2 ya? :)

    BalasHapus