Kamis, 23 Februari 2012

Love Is Not A Game -part 2-

Aku tunggu komennya :)

Love Is Not A Game!!


-Part 2-

            Matahari tampak bersinar terik siang itu. Menyilaukan dan panas!! Meitha terduduk lesu di pinggir lapangan basket dengan pohon besar yang menaunginya dari panasnya matahari. Meitha menendang pasir disekitarnya dengan kesal.
            "Gimana cara gue pulaaaang?" keluh Meitha dengan kesal. Tadi sewaktu pulang sekolah, Meitha baru ingat kalo motornya mogok. Dengan kejamnya, Renita berkata kalo dia ada les sehingga Meitha nggak bisa nebeng deh. Sadis!
            Meitha juga nggak bawa hape dan wartel disekolahnya udah tutup! Mana dia nggak bawa uang lagi! Jadilah Meitha malah ngegalau dan merenungi nasibnya dipinggir lapangan basket. Ckck
            Saking seriusnya Meitha ngegalau *hasyah*, dia sampe nggak nyadar dengan tempat, waktu dan situasi yang akan dia hadapi. Dia terlalu larut dengan pikirannya sendiri. Mengenang pembicaraannya dengan Renita tadi siang....

Flashback :

            "HAH!? Lo serius?? Dia? DIA!?" tanya Meitha tak percaya. Renita malah cengar cengir menanggapi tanggapan sahabatnya itu.
            "Lo takut ya?" pancing Renita dengan tenang. Renita memang cerdik, dia tau benar bahwa sahabatnya ini paling nggak tahan sama yang namanya tantangan. Benar saja, tampang Meitha langsung merah padam karena kesal.
            "Siapa bilang gue takut? Ayo aja!" nada suara Meitha meningggi. Renita terkekeh mendengarnya. Dia berhasil memancingnya. Meitha yang awalnya nggak ngeh , akhirnya sadar juga kalo Renita sedang menjebaknya.
            "Renitaaaaaaaaa!! Sialan lo!" gerutu Meitha kesal. Meitha tambah kesal aja waktu ngeliat sahabatnya itu malah semakin heboh ketawanya. Kurang ajar! "Heh, jadi kagak taruhannya!?"
            "Ya jadilah! Gimana sih lo?"
            "So.. Taruhan apa yang akan kita buat?" tanya Meitha penasaran. Dia berusaha menghilangkan kegugupannya. Ya bagaimana tidak? Kalo taruhannya ribet gitu kan susah! Apalagi menyangkut cowok... Wahhh..
            " Cari tau siapa cowok itu. Nama dan informasi yang lengkap! Siapa yang paling cepat mendapat informasi tentang dia adalah pemenangnya. Gampang kan?"
            Meitha terdiam beberapa saat dan berpikir dengan keras. Speechless. Sepertinya taruhan kali ini nggak terlalu 'berbahaya' deh. Untuk ukuran taruhan yang dibuat Renita, ini tergolong biasa.. biasa banget malah. Mencurigakan!
            "Cuma gitu doang?" tanya Meitha sambil menatap Renita penuh selidik. Renita terlihat sedikit gugup. Wah, ada sesuatu nih! Namun kegugupan Renita nggak berlangsung lama. Dengan pintarnya dia menyembunyikan ekspresinya tadi.
            "Nggak lah! Nggak seru banget kalo cuma kayak gitu. Ada hukumannya dong!" jawab Renita dengan nada gembira yang berlebihan. Meitha jadi curiga berat nih! Renita yang melihat ekspresinya sahabatnya buru - buru menjelaskan, "Maksud gue, hukuman kali ini nggak pake kompromi. Biasanya sebelum taruhan kita nentuin hukumannya bareng - bareng kan? Nah, kali ini hanya satu pihak yang akan ngebuat hukuman ini. Dan yang ngebuat jelas yang menang. Sedangkan yang kalah... nggak punya pilihan lain selain menuruti perintah pemenang.. Gimana? Seru kan?"
            "Wah, itu baru seru, Ren!" Renita tersenyum lebar mendengarnya. Meitha ikutan tersenyum meski hatinya sedikit gundah. Dia merasakan firasat yang aneh. Ah, bodo amatlah!
            "Batas waktunya kapan nih?"
            Renita tersenyum kemudian menjawab dengan santainya, "Lusa"

            "Arghhhhhh.. Tuh anak minta gue hajar kali ya? Masa batas waktunya cepet banget? Ck" Meitha mengomel panjang lebar mengingat kata - kata Renita yang terakhir tadi. Dia menggigit roti yang di belinya dikantin tadi dengan kesal. Gimana cara dia bisa ngedapetin informasi cowok itu dengan cepat?
            Meitha berpikir dengan keras. Tanpa Meitha sadari, sedari tadi ada seseorang yang mengawasinya dari jauh. Cowok itu mendekati Meitha sambil tersenyum kecil. Dia duduk disebelah Meitha dan menepuk pundaknya.
            "Hei.."
            Meitha menoleh terkejut karena baru sadar dia nggak sendirian, dan lebih terkejut lagi melihat cowok yang duduk disebelahnya itu.
            "Dani!?"
            Cowok yang dipanggil 'Dani' itu tersenyum dan berkata, "Kita ketemu lagi, Sayang.."

***

            Astaga, dosa apa sih gue sampe - sampe hari ini gue siaaaaaal banget!? rutuk Meitha dalam hati. Dia menatap lawan bicaranya itu dengan pandangan tidak suka.
            "Ngapain lo disini?" tanya Meitha ketus. Dani tersenyum kecil melihat tingkah Meitha yang terlihat sangat antipati dengannya. Meski begitu, sinar matanya memancarkan kerinduan dan kesedihan yang dia pendam selama ini...
            "Gue kan sekolah disini," jawab Dani enteng. Meitha mengumpat mendengarnya. Dia nggak tau kalo Dani juga sekolah di SMA Harapan. Ck, kalo tau Dani sekolah disini juga, Meitha nggak bakal mau deh masuk SMA ini!
            "Lo juga masuk sini? Wah, kebetulan banget ya.. Atau jangan - jangan.. lo sengaja masuk sini karena ada gue ya?"
            Rasanya Meitha ingin menendang cowok ini jauh - jauh ke planet pluto! Menyebalkan! Kepedean yang tidak pada tempat dan situasi yang tepat!
            "Najis! Kalo gue tau lo sekolah disini juga.. Gue nggak bakal masuk sini, jelek!" Meitha bangkit berdiri dan hendak meninggalkan musuh bebuyutannya itu. Sayangnya, gerakan Meitha kurang cepat karena Dani dengan mudah dapat mencekal tangan kanan Meitha. Menahannya agar tidak pergi kemana - mana.
            "Eits, mau kemana?" tanya Dani masih dengan santainya. Tapi Meitha dapat melihat dengan jelas sepasang mata yang menatapnya itu sedang berbinar jail. Rese! Meitha menarik tangan kanannya dengan kasar dan menatap Dani dingin.
            "Kenapa sih lo sensi banget sama gue?" tanya Dani yang mulai kesal dengan tingkah Meitha yang menurutnya berlebihan itu.
            "Karena gue benci sama lo!"
            "Tapi gue nggak tuh. Gue malah suka kok sama lo," ucapan Dani pasti sukses bikin Meitha serasa menelan biji durian! Meitha mendelik sambil berkacak pinggang. Dani menelengkan kepalanya dan tersenyum mengejek seolah menanti reaksi dari Meitha yang seringnya pasti langsung ngamuk - ngamuk. Membuat Meitha kesal setengah mati. Cowok itu sedang mengolok - oloknya!
            "Tapi gue nggak sukaaaaa!"
            "Kenapa?"
            "Pokoknya kalo gue bilang enggak, ya enggak! Titik!"
            "Iya aja kenapa?"
            "Nggakkk.."
            "Kok gitu?"
            Meitha mulai kehabisan kesabaran mendengar pertanyaan Dani yang nggak ada ujungnya itu. Nih anak sengaja nyari ribut kali ya? Mana Dani malah senyam - senyum lagi. Kurang ajar!
            "ARGHHHH.. KUPING LO BUDEG YA?? KALO GUE BILANG ENGGAK,, YA ENGGAK!! APA PEDULI LO??"
            "Ya gue peduli dong. Gue kan selalu peduli sama lo," Dani mengedipkan sebelah matanya dan tertawa menyebalkan. Meitha melengos mendengar ucapan Dani yang gombalnya nggak ketulungan itu.
            Selama beberapa detik, keheningan meliputi mereka. Meitha memilih membelakangi cowok itu dengan perasaan campur aduk. Sedangkan Dani hanya duduk diam menatap punggung Meitha. Dani menghela nafas pelan. Dia tak ingat, sejak kapan Meitha berubah seperti itu. Membencinya seperti itu. Apa salahnya sehingga Meitha memutuskan untuk bertingkah kasar padanya? Mungkin....
            "Gimana kabar Renita?" tanya Dani tenang namun sukses membuat Meitha tersentak. Awalnya Meitha tidak berkomentar apa - apa. Wajahnya terlihat kosong tanpa emosi apapun. Dan detik berikutnya Dani bisa melihat mata itu mengobarkan kebencian. Lagi.
            "Brengsek!!" Meitha berbalik pergi dengan marah. Sayangnya, kepergian Meitha nggak terlihat dramatis seperti di sinetron - sinetron itu. Meitha malah mendapati dirinya menubruk seseorang dengan keras. Meitha sampai sedikit terhuyung ke belakang karena kaget. Orang itu menahan Meitha agar tidak jatuh.
            Meitha nggak sempat melihat wajah orang yang dia tubruk itu. Yang Meitha tau, orang yang dia tabrak itu pasti berjenis kelamin laki - laki. Soalnya tuh orang pake celana panjang, dan lengan yang sedang menopangnya itu terlalu berotot untuk ukuran perempuan. Meitha juga bisa mencium bau parfum maskulin khas parfum cowok. Yah, intinya dia pasti cowok!!
            "Lo nggak apa?" tanya cowok itu pelan membuat Meitha tertegun. Rasanya suara ini terdengar agak familier deh. Tapi siapa? Meitha mendongak dan terkejut. Benar - benar terkejut! Cowok itu juga menatapnya dengan keterkejutan yang sama. Si cowok sangar!
            Hebat! Gue jodoh kali ya sama nih cowok!? Arghhhhh...
            "Oh, yang tadi pagi?" tanya cowok itu tenang dengan suara rendah. Ketenangannya tidak seperti matanya yang menatap Meitha setajam tatapan elang. Dengan sedikit tergagap, Meitha menarik diri dan mendorong tangan kanan cowok itu yang menopang tubuhnya tadi. Meitha menundukkan kepalanya dan menggigit bibir. Argh, Meitha benci situasi seperti ini. Serba salah!
            Meitha menggangguk samar dan melirik cowok itu dari sudut mata. Wajah cowok itu terlihat datar dan masih menatapnya dengan pandangan menilai. Astaga! Dia pikir Meitha apaan?? Kurang ajar banget tuh cowok! Ngeliatin Meitha sampai segitunya!
            Dipastikan wajah Meitha udah berlipat - lipat saking kesalnya, dan malah membuat cowok itu tersenyum. Ampun dah..
            "Temen lo ya, Dan?" tanya cowok itu ke Dani membuat Meitha tersentak bingung. Emangnya cowok itu kenal Dani ya?
            "Nggak tahu" jawab Dani sekenanya dan tertawa kecil melihat wajah cowok itu berkerut bingung. Dia menatap Meitha ingin tahu membuat Meitha salah tingkah. Rasanya seperti dipojokan!
            "Ehh.. Iya.. Eh, nggak!" Meitha menjawab dengan sangat belepotan. Ha! Bener - bener deh ya, kalo diliatin dengan tatapan tajam macam begitu, otak rasanya jadi blank!
            "Lo sendiri kenal sama Meitha?" tanya Dani ingin tahu. Cowok itu menggaruk kepalanya yang tak gatal dan tersenyum kecil.
            "Oh, belum kenalan. Nggak sempet" Cowok itu mengerling ke arah Meitha membuat Meitha serba salah lagi. Nih cowok mau buka aib Meitha kali ya? Sengaja menjawab dengan kalimat yang membuat penasaran orang nih. Liat aja tuh, wajah Dani terlihat bingung sekaligus penasaran.
            "Loh kok bisa?" tuh kan? Dani langsung bertanya mendengar jawaban cowok itu.
            "Oh, bisa dong. Tanya aja sama.. Eh? Reina kan ya?" ASTAGA! Rasanya Meitha ingin meledak saja. Kalo salah nyebut nama kira - kira dong! Jauuuuuuuuuuuh banget tau nggak!?
            "Meitha," koreksi Meitha dengan nada disabar - sabarkan. Padahal aslinya dia pengin teriak - teriak di telinga cowok itu. Err..
            "Hah? Melati?"
            YA AMPUN!! Kuping lo ditaruh dimana sih!? jerit Meitha dalam hati dengan kejengkelan yang meluap - luap dah.
            "Meitha" jawabnya dengan nada agak keras. Bodo amat nih cowok preman ato bukan. Rese bener sih! Yang nggak Meitha sangka, nih cowok malah senyum aja dan masih menatapnya dengan tatapan yang sama. Tajam dan tak terelakkan. Nggak bosen ya ngeliatin orang dengan tatapan macam begitu? Parah! Dan kalimat yang dilontarkannya sukses membuat Meitha bengong.
            "Argara Rahardryan Putra. Panggil aja Ryan," Cowok itu tersenyum miring dan mengulurkan tangan kanannya. Meitha yang masih belum pulih dari kekagetannya malah cuma menatap, MENATAP DOANG, tangan yang terulur padanya itu. Bego! Bego! Bego! Sadar, Met! Tapi Meitha seolah nggak bisa menggerakan tangannya. Seolah terhipnotis dengan tatapan tajam cowok itu dan senyumnya yang.. Ehm, lumayan itu.
            Ryan yang melihat bahwa Meitha nggak memberi respon (bahkan seperti di dunia lain) pada uluran tangannya, nggak menyerah begitu saja. Dengan sigap, tangan kirinya menarik tangan kanan Meitha agar menjabat tangan kanannya. Pemaksaan!
            Meitha yang (akhirnya) mulai pulih dari kekagetannya yang berlebihan itu akhirnya merespon juga. Dia berdeham pelan kemudian berkata, "Meitha.. Meitha Aulia Putri"
            Ryan melepas jabatannya dan tersenyum lagi, "Well, nice to meet you. Gue harap pada pertemuan ketiga kita, nggak ada kasus 'kecelakaan' lagi ya"
            Meitha terdiam dan tidak berkata apa - apa. Entah otaknya mendadak lemot ato emang nggak konek sekalian, dia nggak terlalu mengerti ucapan cowok itu.
            "Dan, ayo!" ajak Ryan kepada Dani yang masih terbengong - bengong melihat 'keakraban' mereka berdua. Ryan berbalik dan menatap Meitha sebentar dan tersenyum lagi "Dah, Meitha.."
            Meitha terdiam. Otaknya masih memproses kejadian yang tak terduga ini. Sesaat kemudian Meitha menggeram kesal. Baru dia sadari senyum dan kata - kata Ryan sedari tadi adalah sebuah ejekan untuknya. Argh! Siaaaaaalll!!

***

            "GUE BISA GILAAAAA!!" teriakan itu membahana ke seluruh ruangan di rumah Meitha malam itu. Orangtua Meitha yang sedang asik menonton TV hanya bisa saling menatap kemudian menggelengkan kepalanya mendengar teriakan anak mereka yang memang sudah tersengar seperti orang gila itu.
            Meitha membanting bantalnya dengan kesal. Hari ini benar - benar hari yang buruk! Hari ini Meitha seperti tertimpa durian runtuh! Bukannya rejeki, malah kesialan. Beruntun lagi! Sial! Coba dihitung deh kesialan apa yang sudah dia alami hari ini :

1. Bangun terlambat padahal hari ini hari pertama masuk SMA

2. Motornya mendadak mogok dan harus menuntunnya hingga sampai ke sekolah

3. Begitu sampai sekolah, malah menabrak cowok sangar bak preman dari negeri antah berantah

4. Membuat taruhan dengan Renita....

            Tunggu.. tunggu.. TARUHAN!?? Meitha menepuk jidatnya dengan kesal. Kok dia bisa lupa sama taruhan sialan itu sih? Arghh.. padahal mungkin tadi dia bisa mengorek informasi dari Ryan! Kan lumayan kan? Mumpung lagi kenalan kan bisa tanya - tanya! Begoooo!!
            Oke, lupakan itu! Lanjutkan menghitungnya lagi!

5. Ketemu musuh bebuyutannya sewaktu SMP...

            Meitha termenung mengingatnya. Dani. Sesosok cowok yang tidak pernah benar - benar dibencinya. Meitha mendesah mengingat masa lalu...
            Dani. Cowok itu setahun lebih tua dibanding Meitha. Cowok itu baik, ramah, sangat menyenangkan. Dani adalah seniornya sewaktu di SMP. Mereka bertemu sewaktu Meitha menjalani MOS SMPnya. Dani adalah salah satu seniornya yang menjadi panitia MOS. Dia baik banget sama juniornya. Nggak seperti pengurus MOS lainnya yang ngeselinnya nggak ketulungan itu.
            Meitha masih ingat dengan jelas hari itu. Hari itu hari kedua MOS, Meitha merasa kurang enak badan tapi tetep nekat mengikuti MOS. Awalnya Meitha masih tahan pada jam - jam pertama kegiatan MOS yang kejam itu, tapi lama kelamaan kondisi Meitha sudah tidak memungkinkan! Yang bikin repot, salah satu seniornya yang super ngeselin nggak mau tau soal kondisi Meitha. Malah dikasih hukuman dua kali lipat waktu Meitha dan teman - temannya yang mengetahui keadaan Meitha protes.
            Penyelamatnya pun datang. Dani mendatangi mereka dan bertanya apa yang terjadi. Mengetahui keadaan Meitha, Dani dengan tegas mengatakan bahwa mendingan Meitha istirahat di UKS saja. Senior yang satunya nggak terima dan terjadilah perdebatan panjang yang akhirnya dimenangkan oleh Dani (Belakangan Meitha baru tau kalo seniornya itu udah kelas 9 sedangkan Dani baru kelas 8. Kebayang nggak sih?)
            Ngerti nggak gimana perasaan Meitha saat itu? Yap, rasanya nggak percaya, terharu, senang, bercampur aduk jadi satu. Dan pada detik itu juga, entah orang - orang percaya atau tidak, Meitha telah jatuh cinta padanya. Dani baik. Terlalu baik. Dan kebaikannya justru menghancurkan perasaan Meitha...
            Mereka dekat hampir selama satu tahun lamanya, tapi nggak ada perubahan status yang signifikan. Cowok itu masih bersikap baik, sopan, ramah, tanpa arti khusus. Membuat Meitha frustasi. Semuanya semakin rumit saat Meitha duduk di kelas 8.
            Terhembus kabar keponakan kepala sekolah mereka pindah di sekolah mereka. Dan cewek itu Renita. Ya, Renita. Sahabatnya sekaligus mantan rivalnya. Dani sang ketua OSIS pun diberi tugas untuk menemani Renita agar bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Seperti yang sudah di waspadai Meitha, Renita sepertinya tertarik pada Dani!
            Renita pun tahu seperti apa kedekatan Meitha dan Dani, mulai bertingkah memusuhi Meitha. Meitha pun juga seperti itu. Karena Renita berusaha merebut Dani dari sisinya. Dan hebatnya, Dani nggak pernah ambil pusing dengan permusuhn mereka berdua. Apa dia tidak sadar bahwa dialah yang menjadi akar permusuhan kedua cewek itu?
            Ternyata cowok itu mempunyai alasan yang cukup kuat atas tingkahnya yang mengabaikan permusuhan mereka. Dan hal itu baru terungkap ketika Dani lulus. Tepatnya dua tahun perkenalan Meitha dan Dani sekaligus setahun permusuhannya dengan Renita.
            Dani sudah punya pacar. Ya, sudah. Dua tahun malah.
            Bisa bayangin gimana perasaan kedua cewek itu terkhusus perasaan Meitha? Hancur. Sakit. Marah. Benci bercampur dengan kesedihan. Kenapa Dani tak pernah memberitahu fakta itu? Meitha marah besar pada Dani dan menolak setiap usaha cowok itu untuk memperbaiki hubungan mereka. Dan mereka pun lost contact sampai akhirnya mereka bertemu lagi hari ini.
            Dani tidak sadar apa salahnya. Itu masalahnya. Dia menggantung Meitha terlalu lama. Memberi harapan tanpa jawaban. Dua tahun tanpa jawaban. Dan membuatnya bermusuhan dengan Renita.
            Cinta membutakannya. Dan dia menyesal. Begitu juga Renita yang merasa bodoh dan menyesal atas setiap perbuatannya dulu. Mereka berbaikan seminggu setelah kejadian itu. Dan mereka pun bersahabat.
            Sekarang, apa Meitha salah atas sikapnya terhadap Dani? Apakah seharusnya dia tidak berbuat seperti itu? Karena dia terlanjur sakit hati. Luka yang Dani goreskan pada hatinya masih belum pulih. Dan mungkin tak akan pulih sampai kapanpun.
            Karena cinta bukan hanya manis tetapi memiliki sisi pahit yang tidak mungkin untuk dilupakan.
            Meitha menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir kenangan masa lalu yang sangat menyakitkan itu. Tadi kan belum selesai berhitungnya!

6. Ketemu (Baca : menabrak) cowok sangar yang ternyata bernama Ryan

            By the way, Ryan tuh temennya Dani ya? Akrab gitu.. Hmm... Nggak tau deh! Lanjut!

7. Di jemput jam empat sore. Bukannya khawatir, Mamanya malah mengomelinya panjang lebar

8. Baru hari pertama SMA udah punya tugas?? Apa kata dunia?

            Meitha membanting tubuhnya ke tempat tidur dengan kepala mendidih. Rasanya hari ini terasa sangat panjang dan melelahkan!! Meitha memejamkan matanya dan berdoa
            Semoga hari esok lebih baik dari hari ini....


Nb : lanjutannya nih :))
-Monica Handayani-

1 komentar:

  1. ah,blog ni kurang bgus
    cma ad crita doank , gx da film/pljaran/software
    gx kyk blog aku doby-club-web.blogspot.com

    BalasHapus